Monday, August 29, 2005

...a beautiful yesterday...

kemarin
aku menjadi
manusia hina paling bahagia
di muka bumi ini

kemarin
aku disini
menyusun lagi pecahan beling setengah hati
yang dulu pernah terbagi

kemarin
aku tak akan sendiri
menangis di atas ranjang sebelah sisi
buyarkan bisikan kesiap sunyi

dan kemarin
mentari bersinar lagi
karena kau telah kembali

Secangkir kopi. Seuntai janji. Diiringi derai hujan deras sore hari.
Akankah tiba lagi sebuah hari seperti ini?

Suruhlah aku bertanya pada sepoi lembut sang angin yang terus terhembus pergi.

--balthazor66

Tuesday, August 23, 2005

...about saying thanks to you...

terimakasihku
padamu
belahan relung kecilku yang syahdu melagu

atas setiap karunia yang setia menunggu
dan semua senyuman haru yang kian menyatukanku

nyanyian itu indah, merdu
laksana harmoni sempurna surga langit ketujuh
mengingatkanku akan semua desah berpadu
dalam suka kita tertawa
dalam duka kita jumawa
genggaman tangan kita kuat, walau berbeda
untuk satu arah yang sama

maka
terimakasihku
padamu
separuh nafas jiwaku yang setia mengusir semu
waktu yang berlalu takkan dapat melupakanmu
sampai kapanpun kau berlabuh di hatiku

Untuk singers, sahabat-sahabat setia, penyanyi-penyanyi muda yang luar biasa…
Ingat, kalianlah yang terbaik diantara semua.

Ayo kita bersama maju terus, dan jangan lupakan teman-teman lama.
Suatu hari, mungkin kita akan dapat bernyanyi bersama-sama lagi.

Ya?

--balthazor66

Monday, August 22, 2005

...after the spotlight...

Phew. Akhirnya acara HUT Penabur selesai juga. Months of laboring practices has finally paid off with a spectacular finale. Well, dunno what else to say about that, secara justru setelah finale-nya itu perasaan gue mulai terombang-ambing antara grateful dan sedih.

Yah, gitu deh.

I mean, I just can’t believe that those many weeks of practicing, those exhausting spoiled weekends of recording the songs, and those precious schooldays skipped for singing, just ended up like that, with a thunderous bang, and that’s it. Udah, gitu. The end, bye-bye. Dan emang sebenernya udah seharusnya begitu. Cuma gue aja yang masih mikir, oh, ternyata semuanya udah berakhir. Udah abis. Udah nggak ada lagi tuh yang namanya pergi latihan gabungan ke Kelapa Gading. Udah nggak ada lagi tuh keluar-keluar pelajaran buat latihan gerak. Udah nggak ada lagi tuh bela-belain dateng pas liburan cuma buat latihan nyanyi. All those things, yang dulu gue jalanin grudgingly, sekarang udah selesai, udah abis. Tapi enggak tau kenapa di saat semua hal-hal menyebalkan itu lewat, gue malah sedih. Malah kangen. Malah pengen mengulang semuanya sekali lagi.

Yeah, well, I know that the worst part of doing something is when that something is over. Sama kayak acara HUT Penabur ini. Setelah semuanya selesai, semuanya tamat, baru deh kesedihannya nonjok. It’s like, wham, all of a sudden you’re hit with this special kind of remorse that just doesn’t wear off. Mulai dari memori-memori latihannya, saat-saat bareng-bareng latihan gabungan, sampe gladi kotor, gladi bersih, and even the big show itself. Apalagi buat gue yang selama masa-masa latihan selalu berpindah-pindah posisi kayak burung gereja, dari singers, ke padus, ke front row, sampe balik lagi ke singers. Sampe ada yang ngatain kalo gue curang, pernah ngerasain semua pilihan posisi jadi bisa seenaknya milih posisi ter-pewe biar keliatan di panggung. Hahahahaha. Semuanya itu menyenangkan banget buat gue, kayak angin segar yang menyegarkan gue setelah hari-hari digencet di Smukie, yang bisa bikin gue ketawa lagi, yang bisa bikin gue ceria lagi, yang bisa bikin gue ngerasa nyaman, ngerasa diterima, ngerasa kalo disinilah gue harusnya berada.

Khusus buat singers, gue bener-bener ngerasa jadi bagian dari satu kesatuan yang solid banget disitu. Sama lingkungannya, sama anak-anak sesama singers, sama posisinya, semuanya! I mean, kita udah sama-sama sejak waktu rekaman, udah ngobrol bareng, ketawa-ketawa bareng, curhat-curhat bareng, sampe udah jadi deket banget kayak temen lama aja. Mulai dari complete strangers, kenalan, deket, deket banget, sampai sekarang dipisahin lagi sama waktu. Well, sedih aja, gitu. Apalagi mengingat momen-momen indah yang udah gue alamin bareng-bareng mereka. Semua senyuman dan tawa yang dibagi sama-sama, juga semua nada-nada indah yang dinyanyikan untuk kita. Gue bisa kenalan ma Ka’Vani, pelatih luar biasa sekaligus kakak yang gue kagumin banget, bisa nyanyi bareng amazing people yang suaranya bagus-bagus banget, bisa belajar memperbaiki diri bareng-bareng, bisa mencoba hal baru yang enjoyable banget, dan terlebih lagi bisa lebih membuat diri gue yakin akan kemampuan gue sendiri. Semuanya berlalu begitu aja, dan sekarang kita mesti pisahan. Ketemu lewat nyanyi, pisahan juga lewat nyanyi. Grateful, yes, but it also breaks my heart. Nggak percaya aja kalo akhirnya kita semua mesti beneran pisah, get on with life, kembali jadi orang luar setelah sekian lama barengan. Well, honestly, ini yang bikin gue sedih banget. Singers itu udah jadi kayak keluarga di HUT Penabur buat gue. Berat banget buat ninggalin mereka. Really.

Tapi sekarang, I guess I have to move on. Yah, gue ngerti juga koq kalo nggak ada gunanya sedih-sedih terus. What’s done’s done. Gue harus merasa thankful, bukan sorrowful. Lewat ya lewat, yang penting udah banyak banget pelajaran yang berhasil gue petik dari sana, yang bisa membangun diri gue. Dan kalo emang jodoh ya kita semua pasti akan ngumpul bareng lagi, someday, if God lets us to.

Phew. Gue jadi tambah sedih.

After the spotlight, gue rasa gue harus banyak ngucapin terima kasih. Makasih, buat pengalaman berharga ini. Makasih, buat semua hal-hal indah yang udah gue alamin. Makasih, buat setiap senyuman tulus dan air mata yang telah jatuh. Makasih, buat kesungguhan nurani yang membantu gue berdiri. Makasih, buat melodi-melodi hati yang jujur selama ini.
Dan, yang paling penting, makasih, buat semuanya.

Hope this unforgettable memory brings me a valuable lesson to learn in life.

Happy birthday, BPK Penabur, and congrats for the magnificent show you guys put up yesterday!!

--balthazor66

Tuesday, August 09, 2005

...about life...

Finally, another entry! Gosh, it’s been nearly two weeks since my very last entry… Can’t believe these days time flew so quickly I barely even had time to chill out and relax in between… Turns out being a Social student isn’t that nyantai after all. Hahaha. Yet I’m beginning to settle down and enjoy the moments right now, you know, just letting things flow around me and embrace them when they come by… Sometimes my own way of living can really surprise me…

Btw, speaking of living life… Terkadang gue bingung, deh, guys. Sebenernya apa sih itu, that special so-called sacredly essential thing everybody calls as ‘LIFE’? What actually is LIFE itself? Sometimes, at times when I got the chance to stop by and ponder, kadang-kadang gue suka bingung sendiri, bingung tentang kerancuan definisi kehidupan itu sendiri. Yeah, kita udah sering banget ngedenger orang-orang di sekitar, di mana-mana, ngomongin soal hidup, tentang the statement ‘living life to the fullest’, tentang arti hidup, and all that stuff. Tapi sebenernya apa sih hidup itu? Dan kapankah saat kita akhirnya bisa berkata bahwa kita telah benar-benar ‘hidup’ sementara seisi dunia masih sibuk mencari makna yang entah ada entah tiada?

Well, menurut gue, kehidupan adalah hanya sebuah panggung sandiwara besar seluas jagat raya dimana masing-masing dari kita berperan sebagai tamu asing bagi orang-orang yang ada di sekitar kita. Identitas kita tak lebih dari hanya manusia semu tak berwajah yang datang dan pergi begitu saja. Dan memang begitu kenyataannya. People come and go in life, don’t they? Sebegitu gampangnya orang-orang lewat begitu aja di depan kita. Hari ini masih ngobrol sama mereka kayak temen lama, besok-besok bisa aja mereka udah ilang dari pandangan, entah meninggal, entah lenyap, entah pindah ke suatu tempat lain yang kita nggak tau. Segampang itu orang-orang datang dan pergi. Semudah itu tamu-tamu asing itu mampir ke pekarangan kita, mewarnai sepetak lagi tembok halaman kediaman kita dengan corak abstrak lika-liku dunia, kemudian meninggalkan pekerjaan itu begitu saja untuk kemudian dilanjutkan lagi oleh orang lain yang setelahnya. Begitu juga dengan kita, yang terlalu sering berbuat hal sama terhadap mereka.

And when it comes to living life, sometimes we also got confused with the actual meaning of living life itself. Kita selalu bertanya-tanya, dengan sifat dasar manusia yang selalu akan mencari kesempurnaan, akan suatu keadaan dimana hidup kita akan paling tidak menjadi berguna, baik untuk orang lain bahkan diri sendiri. Berbagai iming-iming berembel-embel kata-kata sejenis tentang pencarian arti hidup, tujuan hidup, keinginan dan pencapaian dalam hidup, dan lain-lain, sering menjejali pikiran kita yang kian menyempit; hal-hal yang terkadang bukannya membawa kita kepada sebuah jawaban malah berujung pada pertanyaan lain yang lebih besar. Omong besarlah kita jika kita sudah bisa berbicara tentang kesempurnaan arti hidup yang kita jalani kalo di saat yang sama kita masih belum bisa menilai mana yang harus dan mana yang boleh dalam langkah-langkah yang kita ambil. Bagaimana bisa kita bilang kalo kita udah nemuin arti hidup kalo kita aja nggak ngerti apa arti dari arti hidup itu sendiri? Dan apakah dengan menemukan arti hidup itu kita beneran bisa bahagia?

Phew. Jujur gue bingung, guys. Sebenernya apa sih arti kata ‘hidup’ itu? Cuma sekedar seperti definisi klasik dari buku-buku biologi tentang organisme dan lain-lain, yang mengatakan bahwa sesuatu dapat dikatakan hidup jika dapat bergerak dan bermetabolisme sendiri? Atau apakah hidup hanya adalah sebuah daur lahir-melihat-mengalami-mati, tanpa ada sebuah arti dan pengharapan diantaranya? Well, kalo emang cuma begitu doank, berarti there’s no such thing as boundaries between humans, animals, and plants, dong?

Hadoh. Susah ya ngomongin hal beginian malem-malem begini. Mana ada tugas Sosiologi yang mesti dikerjain… Weh… Being a Social student has started to get tedious for me… Apalagi semua hal yang gue jalanin di tahun ajaran baru ini selalu terasa nggak enak. I wonder why. Phew.
Ya,gitu deh.

A couple of shout-outs, as usual… Pam2, Khanti, Yuvita, you’ve been great new classmates for me… Ternyata belajar ngegosip itu asik juga yaa? Hehehehe… ReRe AmewL NdLeW TeLLa, kapan neh ngumpul bareng lagi? Anak-anak HUT Penabur, you guys rock [n to Odie, thx testinya!]!! And of course Z, my half-a-life, my special someone… Thanks for everything, dunno what else to say… Dan buat semua orang-orang laen yang selama minggu-minggu ini udah membuat hari-hari gue lebih berwarna, thanks, guys! I owe you guys one big smile…

…And I guess that’s about it. Fingers crossed for JUDIKA, ya, guys!! Moga-moga dia menang dan at least menyenangkan hati gue sejak kepergian Monita dua hari yang lalu… Cheers! Luv yah.

--balthazor66