Tuesday, April 04, 2006

...the turning point...

Ha-duh. Halo semua. How was the long weekend?
Anyway, JJ sedang ingin membahas sesuatu nih.

Kemaren, kira-kira beberapa hari yang lalu, waktu lagi smsan dang ngobrol sama seorang teman lama gue, dia unexpectedly sempet ngomong satu kalimat fenomenal yang gue quote tanpa izin di bawah ini.

"Je, kenapa ya.. Setiap kali ada sesuatu yang baik terjadi di hidup gue, selalu aja ada titik balik?"

Wah. Pas gue baca smsnya dia yang memuat kalimat ini, gue sempet diam bentar. Mencerna kira-kira apa maksudnya.
Titik balik? Hmm..
Oh. Nangkep. Maksudnya turning point ya?

Ehm. Bagi yang tidak mengerti, yang dimaksud dengan istilah turning point menurut kamus istilah JJ adalah suatu masa dimana semuanya berbalik seratus-delapan-puluh derajat. A time when everything changes direction. Yang baik jadi buruk, yang buruk berubah oke. Dan emang nggak bisa dibantah lagi kalo hal begini, this so-called turning point, sering banget terjadi dalam hidup kita, nyadar ato enggak.

Tentu saja gue nggak lagi ngebahas tentang koordinat titik balik yang kita pelajari dalam matematika. [My apology goes to you maths experts out there; sorry guys I can't even remember the right formula! >_<] Tapi, in some ways, hidup kita bisa aja digambarkan persis seperti sebuah kurva parabola, yang sejauh apapun melenggang menyeberangi milimeter block pada akhirnya harus mencapai sebuah titik maksimum; sebuah titik dimana ia harus mulai berbalik arah. Dari naik ke turun, juga sebaliknya dari turun ke naik. Kalo nggak, mana mungkin tercipta kurva? Lurus terus jadinya persamaan garis dong..

Nah. Begitu juga analoginya berlaku dalam hidup kita. I'm soooo tired of the old life-is-like-a-wheel analogy. Tapi hidup kita juga bisa diilustrasiin kayak sebuah kurva parabola. Punya titik balik dalam semua hal. Dalam karir. Pendidikan. Cinta. Bahkan dalam arti universal dari hidup itu sendiri. Kita nggak mungkin seneng terus, nggak mungkin juga hancur lebur terus. Di suatu waktu, pasti ada sebuah titik balik, waktu dimana keadaan akan berbalik arah.

Saat kita bahagia, garis itu bergerak naik. Namun jika kebahagiaan itu udah mencapai tingkatannya yang tertinggi, atau udah mencapai batas, titik balik itu akan muncul, sehingga intensitas kebahagiaan kita bisa kembali bergerak turun. Biar nggak lupa diri, istilahnya, dan bisa kembali memijak tanah.

Saat kita menderita, sakit, sedih dan terdera, garis itu merosot turun. Namun ada juga batas bawahnya, dalam arti saat dimana penderitaan kita itu udah mencapai garis akhirnya, dan titik balik itu akan muncul untuk mencerahkan suasana. Membawa penghiburan, solusi, supaya akhirnya kita bisa keluar dari kegelapan itu dan garis itu bergerak naik lagi.

Jadi, menurut gue, titik balik itu ada untuk menyeimbangkan kita.

...Besides, wouldn't it seem so unfair if we experience too much happiness, or even too much pain?
This is where this turning point becomes useful. To BALANCE everything.

Karena di titik ekuilibrium itulah, hidup manusia akan sempurna.
Setuju?

--balthazor66

No comments: