Whew. Another tearful day, I guess. I went through today with my head pounding away like crazy, and I think right now I'm catching a very bad cold. Ergh. Like I haven’t been getting enough miserable moments already. But I guess that's life, after all. It only gets worse when you think you've got enough to deal with yourself. Bastard, I agree. Especially in these times when I feel like a fuckin' crude.
You know what, guys? Yesterday I went out all night and only got back home at like three in the morning. It all began when an old friend of mine asked me to go out with him to some crazy party of his friend's, and because I was having such a hard time mourning over my broken heart, I decided to accept the offer, thinking that the party might at least strip me off my troubles for a while. So I went to a club in the heart of J-Town where the party was held, and basically I just helped myself to start having fun like I used to back in Junior High. All those lamps, those drinks, the raving people firing away on the dance floor, and the wild banging sounds coming from the DJ… Wow, somehow I felt like coming back to my good ol' days!
And I partied. I really did. It was as if my old personality just kicked in and took over me. The old me, the crazy butt-kickin' party animal, started reigning and made me lose control over myself. I couldn’t count how many drinks I had, and how many people I hooked up with. Things just flashed and disappeared in front of my eyes like sets of flickering lights. Next thing I knew the club party was over, and we [that is to say me and my friends] decided to move out to one of our friends' house, where the party continued with some drinks and heavy music. It went on and on and on until one time I got really sick of it and asked my friend to take me home. It was like, what, two in the morning? I don’t know.
Well, I was half-drunk when I arrived in my flat, desperate and alone, my head spinning around and my stomach gurgling like crazy, but I didn’t care. I needed sleep. So I collapsed onto my bed, and fell asleep right at that time, with all my clothes still on. I didn’t even turn of f the lights. As a result, this morning I woke up with a major hangover and directly threw up like mad. The headache stubbornly lingered all day long, even when the hangover had gone. And so I spent another beautiful Sunday with some stupid headache haunting over me like some kind of a ghost.
Whew. Dunno why, guys, but somehow, after all those things I went through last night, I felt much better.
I somehow felt that by doing all those crazy stuff I did last night, I was made much stronger to face my troubles. Even if it's illusive, unreal as it could always be. Partying always feels good at the beginning and leaves nothing but sickening sensations afterwards. But somehow people still want to do it 'coz partying makes you feel comfortable, confident, and happy about yourself, even for just moments. It makes you forget about what's inside your mind and dares you to virtually move on. And that's what I did last night. Going back to the old raving me for a precious moment to let go of all my troubles and just be the hedonistic raver like I used to be far back.
I mean, alright, it's me who's just terribly stupid, terribly senseless and all that… Begging for someone whom I know has had enough of me… Maybe some of you might think that I'm the villain here, the foolish crybaby who hasn’t been thankful enough for everything that comes around… I tell you, yes, I am the villain and the crybaby here… Go on, curse me, insult me, 'coz I know I'm the one who's wrong about this… But tell me now, tell me, how am I supposed to deal with this misery alone??
And worst of all, I still got school tomorrow.
Whew. Get a life, JJ. Holidays are round the corner and I'm supposed to have fun… And by the way, why am I jabbering in English anyway??
Oh, fuck it.
--balthazor66
Monday, October 31, 2005
Saturday, October 29, 2005
...about commitment...
Fiuh. What a day! Perayaan hari Sumpah Pemuda di Smukie ternyata diwarnai dengan panasnya cuaca yang sukses bikin keringetan. Masih untung gue nggak sampe dehidrasi saking keringetannya. Gile, dari pagi udah dijemur di lapangan, nyanyi-nyanyi sekuat tenaga sambil setengah mati nahan panas, udah gitu setelahnya kembali disuruh panas-panasan di depan lobby buat nonton rangkaian acara yang, no offense, super nggak penting. Weh. Untung aja gue sempet ngabur ke CL bentar di pertengahan acara. Kalo nggak gue nggak tau deh wujud gue udah jadi apa. Gosong, probably. Atau mungkin jadi kurus seketika due to extreme dehydration. Hahaha.
Eniweiz… Hari ini gue mau ngebahas tentang komitmen. Secara beberapa hari ini sering banget aja ngedenger satu kata itu disebut-sebut banyak orang di sekitar gue, dan akhirnya membuat gue tertarik buat ngomongin ini di sini.
Ehem! Jadi awalnya begini… Kemaren, hari Kamis sore, waktu Smukiez Choir lagi ngumpul en ngobrol bareng, TonTon sempet ngomong panjang lebar tentang komitmen. Dia bilang kalo di Smukiez Choir, harus ada suatu kesungguhan, suatu komitmen yang kuat, buat tetap eksis di dalamnya sebagai anggota, soalnya Smukiez Choir itu bukanlah paduan suara yang isinya cuma kumpulan orang yang menyanyi doank, tapi lebih dari itu. Dia pengen semua anggota SATB di Smukiez Choir itu solid, bersatu, dan yang paling penting bekerjasama untuk satu tujuan, yaitu menampilkan yang terbaik setiap saat. Untuk itu diperlukan komitmen yang teguh. Saat itu gue udah mulai bertanya-tanya dalam hati, sebelum mempermasalahkan tentang praktek komitmen itu sendiri, apa iya TonTon dan anggota Smukiez Choir yang lain udah sepaham dengan arti komitmen yang mereka anut?
Now, before we go further, biar gue tanya dulu… Sebenernya arti komitmen yang sesungguhnya itu apa sih??
Sering nggak sih lo denger kata komitmen ini disebut-sebut di sekitar lo? Di sekolah, di rumah, bahkan di tivi-tivi, di talkshow selebritis atau mungkin infotainment? Sering banget nggak sih lo denger para seleb kita yang cantik-cantik en ganteng-ganteng itu menyebut kata komitmen dalam pernyataan-pernyataan mereka? Komitmen dalam berakting lah, komitmen dalam bernyanyi lah, komitmen buat ini, komitmen buat itu, dll dst dsb. Dan baru aja tadi pagi, waktu kebetulan gue lewat di depan nyokap yang seperti biasa lagi asyik nonton infotainment pagi, gue ngedenger lagi seorang artis muda yang baru-baru ini diundang majalah Playboy buat photo session di US sana, menyebut kata komitmen, kali ini dengan konteks berkomitmen untuk selalu berpakaian sopan di setiap photo sessionnya, no matter what.
Nah, yang kayak gini nih yang pengen gue bahas. Sebenernya arti komitmen itu apa sih, sampe segampang itu kata komitmen diobral-obral buat dipake dimana-mana?
Menurut gue pribadi, arti dari berkomitmen itu adalah bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, dengan memegang teguh suatu sistem milai yang spesifik dan menerapkannya secara nyata dalam melakukan sesuatu itu. Entah dalam bekerja, belajar, berpacaran, atau apalah, komitmen buat gue ya artinya begitu. Tapi kadang-kadang arti komitmen itu beda-beda di tiap orang. Ada yang bilang komitmen itu adalah kesungguhan dalam melaksanakan sesuatu, yang harus terus dibina, kapan saja dan dimana saja. Ada juga yang mikir kalo yang namanya komitmen itu berlaku untuk keterangan waktu 'saat ini', bukan 'nantinya'. Sekarang ya sekarang. Kalo nantinya komitmen itu diingkarin, ya masalah nanti. Dan sekarang ini gue juga mulai ngerasa kalo pemakaian arti komitmen udah digeneralisasikan, dijadiin umum, bahkan istilahnya digampangin, gitu. Dikit-dikit komitmen, dikit-dikit komitmen, tanpa harus mikir betapa seriusnya arti komitmen itu sendiri.
Lah, iya dong? Kalo lo ngomong kalo lo mau berkomitmen dalam ngejalanin sesuatu, lo harus bener-bener ngejalanin dengan serius dong? Tapi nyatanya banyak banget orang-orang di sekitar kita yang udah mem-violate komitmen mereka sendiri, sadar atau nggak. Contohnya banyak banget ada di sekitar kita. Mulai dari parade kawin-cerai seleb kita yang makin mewabah sampai maraknya isu-isu korupsi yang ironisnya dilakuin sama para wakil rakyat. Tadinya udah bersumpah buat berkomitmen ngejalanin perkawinan, eh pada akhirnya tetap aja cerai hanya demi mencari ketenaran. Tadinya udah bersumpah buat berkomitmen jadi wakil rakyat yang bersih, akhirnya nggak tahan godaan juga dan mulai ikutan korupsi. Begini nih, guys, yang gue bilang mem-violate komitmen yang udah mereka buat sendiri. Kalo udah begini, nggak salah dong kalo gue bilang mereka semua munafik?
Jadi, sekarang, gue bingung. Sebenernya gimana sih cara berkomitmen yang baik dan benar?
Apa iya berkomitmen itu selalu lengkap dengan tindakan? Ataukah yang namanya komitmen itu sekarang cuma manis di mulut aja?
You answer it.
Selamat hari Sabtu, semuanya!!
--balthazor66
Eniweiz… Hari ini gue mau ngebahas tentang komitmen. Secara beberapa hari ini sering banget aja ngedenger satu kata itu disebut-sebut banyak orang di sekitar gue, dan akhirnya membuat gue tertarik buat ngomongin ini di sini.
Ehem! Jadi awalnya begini… Kemaren, hari Kamis sore, waktu Smukiez Choir lagi ngumpul en ngobrol bareng, TonTon sempet ngomong panjang lebar tentang komitmen. Dia bilang kalo di Smukiez Choir, harus ada suatu kesungguhan, suatu komitmen yang kuat, buat tetap eksis di dalamnya sebagai anggota, soalnya Smukiez Choir itu bukanlah paduan suara yang isinya cuma kumpulan orang yang menyanyi doank, tapi lebih dari itu. Dia pengen semua anggota SATB di Smukiez Choir itu solid, bersatu, dan yang paling penting bekerjasama untuk satu tujuan, yaitu menampilkan yang terbaik setiap saat. Untuk itu diperlukan komitmen yang teguh. Saat itu gue udah mulai bertanya-tanya dalam hati, sebelum mempermasalahkan tentang praktek komitmen itu sendiri, apa iya TonTon dan anggota Smukiez Choir yang lain udah sepaham dengan arti komitmen yang mereka anut?
Now, before we go further, biar gue tanya dulu… Sebenernya arti komitmen yang sesungguhnya itu apa sih??
Sering nggak sih lo denger kata komitmen ini disebut-sebut di sekitar lo? Di sekolah, di rumah, bahkan di tivi-tivi, di talkshow selebritis atau mungkin infotainment? Sering banget nggak sih lo denger para seleb kita yang cantik-cantik en ganteng-ganteng itu menyebut kata komitmen dalam pernyataan-pernyataan mereka? Komitmen dalam berakting lah, komitmen dalam bernyanyi lah, komitmen buat ini, komitmen buat itu, dll dst dsb. Dan baru aja tadi pagi, waktu kebetulan gue lewat di depan nyokap yang seperti biasa lagi asyik nonton infotainment pagi, gue ngedenger lagi seorang artis muda yang baru-baru ini diundang majalah Playboy buat photo session di US sana, menyebut kata komitmen, kali ini dengan konteks berkomitmen untuk selalu berpakaian sopan di setiap photo sessionnya, no matter what.
Nah, yang kayak gini nih yang pengen gue bahas. Sebenernya arti komitmen itu apa sih, sampe segampang itu kata komitmen diobral-obral buat dipake dimana-mana?
Menurut gue pribadi, arti dari berkomitmen itu adalah bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu, dengan memegang teguh suatu sistem milai yang spesifik dan menerapkannya secara nyata dalam melakukan sesuatu itu. Entah dalam bekerja, belajar, berpacaran, atau apalah, komitmen buat gue ya artinya begitu. Tapi kadang-kadang arti komitmen itu beda-beda di tiap orang. Ada yang bilang komitmen itu adalah kesungguhan dalam melaksanakan sesuatu, yang harus terus dibina, kapan saja dan dimana saja. Ada juga yang mikir kalo yang namanya komitmen itu berlaku untuk keterangan waktu 'saat ini', bukan 'nantinya'. Sekarang ya sekarang. Kalo nantinya komitmen itu diingkarin, ya masalah nanti. Dan sekarang ini gue juga mulai ngerasa kalo pemakaian arti komitmen udah digeneralisasikan, dijadiin umum, bahkan istilahnya digampangin, gitu. Dikit-dikit komitmen, dikit-dikit komitmen, tanpa harus mikir betapa seriusnya arti komitmen itu sendiri.
Lah, iya dong? Kalo lo ngomong kalo lo mau berkomitmen dalam ngejalanin sesuatu, lo harus bener-bener ngejalanin dengan serius dong? Tapi nyatanya banyak banget orang-orang di sekitar kita yang udah mem-violate komitmen mereka sendiri, sadar atau nggak. Contohnya banyak banget ada di sekitar kita. Mulai dari parade kawin-cerai seleb kita yang makin mewabah sampai maraknya isu-isu korupsi yang ironisnya dilakuin sama para wakil rakyat. Tadinya udah bersumpah buat berkomitmen ngejalanin perkawinan, eh pada akhirnya tetap aja cerai hanya demi mencari ketenaran. Tadinya udah bersumpah buat berkomitmen jadi wakil rakyat yang bersih, akhirnya nggak tahan godaan juga dan mulai ikutan korupsi. Begini nih, guys, yang gue bilang mem-violate komitmen yang udah mereka buat sendiri. Kalo udah begini, nggak salah dong kalo gue bilang mereka semua munafik?
Jadi, sekarang, gue bingung. Sebenernya gimana sih cara berkomitmen yang baik dan benar?
Apa iya berkomitmen itu selalu lengkap dengan tindakan? Ataukah yang namanya komitmen itu sekarang cuma manis di mulut aja?
You answer it.
Selamat hari Sabtu, semuanya!!
--balthazor66
Thursday, October 27, 2005
...good night...
selamat tidur, sayang
semoga malam ini kau impikan dia
agar dapat kubayangkan senyum dalam lelapmu
walau bukan untukku
tapi dapat melepas rindu
imaji terindah itu tetap akan syahdu melagu
biarlah,
kutahu kisah semua sudah lama berlalu
hujan airmata tangisku telah lama berganti kemarau
sejuta mimpi indahmu tentangku mungkin mengabur dalam semu
menghilang dalam ketiadaanku untukmu
maka,
selamat tidur, sayang
jadilah kenangan yang tak terlupa bagiku
jangan pergi,
tetap disini,
sampai nanti waktu terhenti,
kau kembali,
dan detik menghempas jauh dalam langit hujan yang kelabu
sendu.
Wahai belahan jiwa, di sana, dimanapun kau berada…
Walaupun maaf itu tak bisa diberikan, tak mampu diucapkan… Aku akan tetap sayang padamu.
Biarkan aku menunggu, saat hujan sore itu mengguyur habis salahku, dan akhirnya kau sudi kembali menerimaku.
--balthazor66
semoga malam ini kau impikan dia
agar dapat kubayangkan senyum dalam lelapmu
walau bukan untukku
tapi dapat melepas rindu
imaji terindah itu tetap akan syahdu melagu
biarlah,
kutahu kisah semua sudah lama berlalu
hujan airmata tangisku telah lama berganti kemarau
sejuta mimpi indahmu tentangku mungkin mengabur dalam semu
menghilang dalam ketiadaanku untukmu
maka,
selamat tidur, sayang
jadilah kenangan yang tak terlupa bagiku
jangan pergi,
tetap disini,
sampai nanti waktu terhenti,
kau kembali,
dan detik menghempas jauh dalam langit hujan yang kelabu
sendu.
Wahai belahan jiwa, di sana, dimanapun kau berada…
Walaupun maaf itu tak bisa diberikan, tak mampu diucapkan… Aku akan tetap sayang padamu.
Biarkan aku menunggu, saat hujan sore itu mengguyur habis salahku, dan akhirnya kau sudi kembali menerimaku.
--balthazor66
...let me be the unforgivable me...
Fiuh. Tiga hari retreat akhirnya slese juga. It feels relieving to be back home, you know, as personally I think the retreat wasn’t that enjoyable. Gue ngerasa kayak orang bego selama tiga hari kmaren, kemana-mana sendirian kayak orang bego, nggak ada yang nemenin, secara most of my friends itu ada di grup yang satu lagi dan temen-temen gue yang ada di grup sendiri selalu sibuk dengan urusan masing-masing. Ujung-ujungnya gue cuma bisa senyum dan mikir, ternyata begini rasanya nggak punya temen…
Eniweiz… Gue nggak mau ngomongin soal retreat. Gue pengen ngomongin soal love life gue yang, urgh, so damn complicated. About Z.
Dia ngerasa gue udah nge-dump dia. Udah ngebuang dia begitu aja selama beberapa hari ini waktu gue mutusin kontak sama dia dengan alasan precaution. Dan ditambah dengan sejuta kesalahan gue ke dia di masa-masa yang lalu, ngebuat dia makin bete dan akhirnya beneran move on. Dia udah punya orang lain yang dia sayangin banget sekarang. Bukan gue. Dan kemaren dia sempet sukses bikin gue sadar akan hal itu en nangis di tempat pas dia ngomong beberapa kalimat yang cukup nyakitin hati, tentang dia dan “orang baru”nya itu, yang intinya bilang kalo dia bahagia, dan even though dia masih sayang sama gue, dia udah nggak mau lagi deket-deket sama gue.
Well… Gue tau dia nggak bisa disalahin buat ngerasa begitu. Gue nyadar banget kalo gue udah sering nyakitin dia, sering nyia-nyiain dia, sering nggak mampu buat menuhin semua keinginan dia. Tapi gue juga udah berusaha buat tetep jadi yang terbaik buat dia, buat terus ngejaga perasaan gue ke dia, though banyak godaan di sana-sini, kayak waktu gue kepincut sama S, tapi tetep deep down gue selalu sayang sama dia. Gue tau, gue bukan manusia yang sempurna. Gue lemah, gue egois, gue tau gue punya banyak kekurangan yang kadar kejelekannya udah parah banget. Dan bukan salah Z juga kalo akhirnya dia jadi capek sama gue yang udah berulang-kali ngecewain dia. Tapi gue terus nyoba buat jadi yang terbaik buat dia, truly. Walaupun gue tau gue sering banget nggak bisa menuhin ajakan dia buat pergi bareng, walaupun gue nggak selalu bisa nemenin dia waktu dia butuh gue, walaupun gue banyak salah ke dia, banyak hal yang bikin dia sakit, tapi gue beneran tetep sayang banget sama dia. Gue nggak bisa kehilangan dia. Dia terlalu berharga buat gue, banget, banget, banget. Gue nggak rela dia pergi.
Go on, guys, curse me, insult me… Gue tau gue yang salah di sini. Salah banget. Dan gue minta maaf banget atas semuanya.
Mungkin kali ini Z nggak bakalan maafin gue. Gue juga nggak bisa maksa dia buat maafin gue. Mungkin kesalahan gue udah terlalu berat, terlalu unforgivable buat bisa dimaafin sama dia. Tapi, satu hal yang pasti, walaupun nantinya Z bakalan benci banget sama gue, walaupun nantinya dia nggak maafin gue, gue akan terus sayang banget sama dia. No matter what happens. Biar hati ini gue tutup, gue simpen, cuma buat dia. Setengah hatinya yang dulu dititipin ke gue bakal gue kembaliin ke dia, dan setengah hati gue yang dulu gue titipin ke dia biar aja tetap di sana. Gue rela. Sampai kapanpun, dia bakalan terus ada di memori gue, nempatin satu ruang yang abadi, jadi satu kenangan indah yang nggak bisa dilupain. Sampai kapanpun.
So… Z, wherever you are, if you’re reading this… I just want you to know that, no matter what happens, though I know I’ve been such a fuckin’ stupid ungrateful bastard towards you, wasting you, wasting your love, or so you feel that way… Despite all those hurtful things, those pain I’ve caused you to feel… I love you, you can be sure of it. I love you so much it’s driving me crazy by the minute. Even if in the end you won’t forgive me, well, just let me be the unforgivable me, and let me dream on, about you, about us, about the love that never fails… Just don’t forget me, please… And I wish you good luck with your new sweetheart...
It’s hard for me, but I guess I’ll have to survive…
Never knew love could take me this far and drown me in despair…
--balthazor66
Eniweiz… Gue nggak mau ngomongin soal retreat. Gue pengen ngomongin soal love life gue yang, urgh, so damn complicated. About Z.
Dia ngerasa gue udah nge-dump dia. Udah ngebuang dia begitu aja selama beberapa hari ini waktu gue mutusin kontak sama dia dengan alasan precaution. Dan ditambah dengan sejuta kesalahan gue ke dia di masa-masa yang lalu, ngebuat dia makin bete dan akhirnya beneran move on. Dia udah punya orang lain yang dia sayangin banget sekarang. Bukan gue. Dan kemaren dia sempet sukses bikin gue sadar akan hal itu en nangis di tempat pas dia ngomong beberapa kalimat yang cukup nyakitin hati, tentang dia dan “orang baru”nya itu, yang intinya bilang kalo dia bahagia, dan even though dia masih sayang sama gue, dia udah nggak mau lagi deket-deket sama gue.
Well… Gue tau dia nggak bisa disalahin buat ngerasa begitu. Gue nyadar banget kalo gue udah sering nyakitin dia, sering nyia-nyiain dia, sering nggak mampu buat menuhin semua keinginan dia. Tapi gue juga udah berusaha buat tetep jadi yang terbaik buat dia, buat terus ngejaga perasaan gue ke dia, though banyak godaan di sana-sini, kayak waktu gue kepincut sama S, tapi tetep deep down gue selalu sayang sama dia. Gue tau, gue bukan manusia yang sempurna. Gue lemah, gue egois, gue tau gue punya banyak kekurangan yang kadar kejelekannya udah parah banget. Dan bukan salah Z juga kalo akhirnya dia jadi capek sama gue yang udah berulang-kali ngecewain dia. Tapi gue terus nyoba buat jadi yang terbaik buat dia, truly. Walaupun gue tau gue sering banget nggak bisa menuhin ajakan dia buat pergi bareng, walaupun gue nggak selalu bisa nemenin dia waktu dia butuh gue, walaupun gue banyak salah ke dia, banyak hal yang bikin dia sakit, tapi gue beneran tetep sayang banget sama dia. Gue nggak bisa kehilangan dia. Dia terlalu berharga buat gue, banget, banget, banget. Gue nggak rela dia pergi.
Go on, guys, curse me, insult me… Gue tau gue yang salah di sini. Salah banget. Dan gue minta maaf banget atas semuanya.
Mungkin kali ini Z nggak bakalan maafin gue. Gue juga nggak bisa maksa dia buat maafin gue. Mungkin kesalahan gue udah terlalu berat, terlalu unforgivable buat bisa dimaafin sama dia. Tapi, satu hal yang pasti, walaupun nantinya Z bakalan benci banget sama gue, walaupun nantinya dia nggak maafin gue, gue akan terus sayang banget sama dia. No matter what happens. Biar hati ini gue tutup, gue simpen, cuma buat dia. Setengah hatinya yang dulu dititipin ke gue bakal gue kembaliin ke dia, dan setengah hati gue yang dulu gue titipin ke dia biar aja tetap di sana. Gue rela. Sampai kapanpun, dia bakalan terus ada di memori gue, nempatin satu ruang yang abadi, jadi satu kenangan indah yang nggak bisa dilupain. Sampai kapanpun.
So… Z, wherever you are, if you’re reading this… I just want you to know that, no matter what happens, though I know I’ve been such a fuckin’ stupid ungrateful bastard towards you, wasting you, wasting your love, or so you feel that way… Despite all those hurtful things, those pain I’ve caused you to feel… I love you, you can be sure of it. I love you so much it’s driving me crazy by the minute. Even if in the end you won’t forgive me, well, just let me be the unforgivable me, and let me dream on, about you, about us, about the love that never fails… Just don’t forget me, please… And I wish you good luck with your new sweetheart...
It’s hard for me, but I guess I’ll have to survive…
Never knew love could take me this far and drown me in despair…
--balthazor66
Friday, October 21, 2005
...you're not the best for me...
Phew. What a day. Hari ini sangat buruk buat gue, guys. Pertama, ulangan Sosiologi dan Sejarah gue kacau-balau a.k.a calon remed. Kedua, just as they always do this past few days, people seem to keep avoiding me, nggak tau kenapa. Ketiga, entah kenapa gue ngerasa orang-orang yang deket ma gue di skul nggak bisa menghibur gue, dunno why Keempat, ulangan Inggris gue jelek. Kelima, gue disinisin sama seorang temen lama. Keenam, gue sukses dibohongin, juga sama seorang temen lama.
Dan terakhir, yang paling penting, hari ini gue akhirnya ngerasa kalo after all, S is not the best for me.
Duh, nggak tau kenapa gue bisa tiba-tiba ngomong begini. Mungkin karena dia bener-bener out of reach. Mungkin karena dia beda banget sama gue. Atau mungkin karena dia simply emang bukan yang terbaik buat gue, for one reason and another. Dia terlalu jauh dari gue, jauh banget. Physically no, emotionally yes. Dan setelah berhari-hari bermimpi, berharap, kayaknya dengan berat hati gue harus bilang kalo, betapapun sayangnya gue sama dia, betapapun berharganya dia buat gue, mungkin dia emang bukan buat gue.
Okay, mungkin ada beberapa dari lo di luar sana yang bertanya, koq bisa bilang begitu?
Well… Honestly, I don’t know.
Yah, mungkin dari sekarang gue harus mulai belajar ngelupain dia. Move on lah, istilahnya. Nyari yang lain, probably? Hahaha. Perhaps. Yang jelas, mungkin gue akan pelan-pelan berenti berharap, tapi boleh dong masih meng-admire dia diem-diem? Hopefully this feeling will eventually go away as time goes by.
Eniweiz… Ada beberapa highlights of the day yang seperti biasa pengen gue share sama lo semua.
Pertama, tadi ada kampanye calon ketua OSIS periode 2005/2006 abis pulang sekolah. Calonnya ada empat, dan gue rasa mereka berempat emang adalah yang terbaik dari yang terbaik. Each one of them is special in their own ways. Tapi kalo disuruh milih salah satunya, I’d say I’ll vote for Tasya. Kenapa? Soalnya, selain dia punya pendukung yang cukup banyak dan punya potensi buat mengulang kontroversi kemenangan Je-en taon lalu gara2 lagi2 she’s the only female candidate, menurut gue dia juga cukup kompeten dan konsisten buat memegang jabatan itu. Alternatif keduanya adalah Charles, secara udah keliatan banget kalo dia punya jiwa kepemimpinan yang kuat banget, though personally I think he’s involved in so many activities already, not to mention dia juga anak IPA. Kasian juga kalo dia ntar keteteran sendiri gara2 kebanyakan kegiatan. Maka itu, gue prefer milih anak IPS buat jadi ketua OSIS, in this case Tasya. Tapi keempat-empatnya juga sebenernya pantes kok jadi ketua OSIS. Tinggal masalah hasil voting aja sekarang. Besok pagi, guys! Gud luck!! ^^
Kedua, tadi ekskul Padus tidak berjalan asik seperti biasanya. Anak-anak yang dateng sedikit, dan gara2 pelatihnya nggak bisa muncul, jadi kita latian sendiri, dipimpin Ton-Ton dan Bu’Acsa. Hasilnya? Nggak asik. Aneh banget. Untung ada Cemink dkk yang sukses bikin gue tetep ketawa-ketawa di tengah-tengah kegejean latian tadi. Huh. Coba tadi gue nurutin kata hati buat bolos Padus…
Ketiga, hari ini ada seorang kakak kelas yang strangely berubah ramah sama gue. Negor gue, ngajak ngobrol, and the like. Well, it was nice, dan nggak kenapa-napa juga sih, cuma ngerasa aneh aja, kenapa tiba-tiba dia jadi ramah gitu. Soalnya biasanya dia rada hostile gitu sama gue. Hahaha. Mungkin hari ini dia lagi dapet pencerahan kali ya?
Terakhir, a couple of shout-outs, as usual… Lewi, thanks cerpennya! Liat yang laen2 lagi dong… Rere n Andrew, sori tadi agak2 bersikap aneh, lagi bete soalnya… Z, missing you, dunno why… S, well, what can I say? Bingung… Arlene, monyong lo! Hina aja gue terus… Jahat banget… And for everybody else yang udah bersedia mampir di hari ini, thanks, guys… Dunno what else to say… The world hasn’t been acting nice to me today, dunno why, but still I’m cherishing every tiny moment of it.
Yah, gitu deh. Mau belajar Ekonomi dulu. Selamat malam, guys! Luv yah.
"...Kau bukanlah
Yang terbaik untukku
Karena kau tak bisa
Melumpuhkan hatiku
Kau hanya sepenggal kisah
Dalam waktu
Yang kulalui dan takkan kulupakan
Selalu..."
--balthazor66
Dan terakhir, yang paling penting, hari ini gue akhirnya ngerasa kalo after all, S is not the best for me.
Duh, nggak tau kenapa gue bisa tiba-tiba ngomong begini. Mungkin karena dia bener-bener out of reach. Mungkin karena dia beda banget sama gue. Atau mungkin karena dia simply emang bukan yang terbaik buat gue, for one reason and another. Dia terlalu jauh dari gue, jauh banget. Physically no, emotionally yes. Dan setelah berhari-hari bermimpi, berharap, kayaknya dengan berat hati gue harus bilang kalo, betapapun sayangnya gue sama dia, betapapun berharganya dia buat gue, mungkin dia emang bukan buat gue.
Okay, mungkin ada beberapa dari lo di luar sana yang bertanya, koq bisa bilang begitu?
Well… Honestly, I don’t know.
Yah, mungkin dari sekarang gue harus mulai belajar ngelupain dia. Move on lah, istilahnya. Nyari yang lain, probably? Hahaha. Perhaps. Yang jelas, mungkin gue akan pelan-pelan berenti berharap, tapi boleh dong masih meng-admire dia diem-diem? Hopefully this feeling will eventually go away as time goes by.
Eniweiz… Ada beberapa highlights of the day yang seperti biasa pengen gue share sama lo semua.
Pertama, tadi ada kampanye calon ketua OSIS periode 2005/2006 abis pulang sekolah. Calonnya ada empat, dan gue rasa mereka berempat emang adalah yang terbaik dari yang terbaik. Each one of them is special in their own ways. Tapi kalo disuruh milih salah satunya, I’d say I’ll vote for Tasya. Kenapa? Soalnya, selain dia punya pendukung yang cukup banyak dan punya potensi buat mengulang kontroversi kemenangan Je-en taon lalu gara2 lagi2 she’s the only female candidate, menurut gue dia juga cukup kompeten dan konsisten buat memegang jabatan itu. Alternatif keduanya adalah Charles, secara udah keliatan banget kalo dia punya jiwa kepemimpinan yang kuat banget, though personally I think he’s involved in so many activities already, not to mention dia juga anak IPA. Kasian juga kalo dia ntar keteteran sendiri gara2 kebanyakan kegiatan. Maka itu, gue prefer milih anak IPS buat jadi ketua OSIS, in this case Tasya. Tapi keempat-empatnya juga sebenernya pantes kok jadi ketua OSIS. Tinggal masalah hasil voting aja sekarang. Besok pagi, guys! Gud luck!! ^^
Kedua, tadi ekskul Padus tidak berjalan asik seperti biasanya. Anak-anak yang dateng sedikit, dan gara2 pelatihnya nggak bisa muncul, jadi kita latian sendiri, dipimpin Ton-Ton dan Bu’Acsa. Hasilnya? Nggak asik. Aneh banget. Untung ada Cemink dkk yang sukses bikin gue tetep ketawa-ketawa di tengah-tengah kegejean latian tadi. Huh. Coba tadi gue nurutin kata hati buat bolos Padus…
Ketiga, hari ini ada seorang kakak kelas yang strangely berubah ramah sama gue. Negor gue, ngajak ngobrol, and the like. Well, it was nice, dan nggak kenapa-napa juga sih, cuma ngerasa aneh aja, kenapa tiba-tiba dia jadi ramah gitu. Soalnya biasanya dia rada hostile gitu sama gue. Hahaha. Mungkin hari ini dia lagi dapet pencerahan kali ya?
Terakhir, a couple of shout-outs, as usual… Lewi, thanks cerpennya! Liat yang laen2 lagi dong… Rere n Andrew, sori tadi agak2 bersikap aneh, lagi bete soalnya… Z, missing you, dunno why… S, well, what can I say? Bingung… Arlene, monyong lo! Hina aja gue terus… Jahat banget… And for everybody else yang udah bersedia mampir di hari ini, thanks, guys… Dunno what else to say… The world hasn’t been acting nice to me today, dunno why, but still I’m cherishing every tiny moment of it.
Yah, gitu deh. Mau belajar Ekonomi dulu. Selamat malam, guys! Luv yah.
"...Kau bukanlah
Yang terbaik untukku
Karena kau tak bisa
Melumpuhkan hatiku
Kau hanya sepenggal kisah
Dalam waktu
Yang kulalui dan takkan kulupakan
Selalu..."
--balthazor66
Monday, October 17, 2005
...about being fashionable...
Wah… Nggak tau kenapa juga tiba-tiba gue pengen nulis tentang fashion sense begini. It’s like a sudden rush to the head gitu. Mungkin terinspirasi dari pemandangan sekitar a.k.a lautan manusia di setiap tempat umum yang gue kunjungin dua hari belakangan ini kali ya. Hahaha.
Eniweiz… Kita semua pastinya udah nyadar banget dong kalo di J-Town belakangan ini udah bertebaran jutaan fashionista atau fashion freaks dimana-mana. And not just ordinary ones, but truly freaky ones are subscribed in the extra-long list, of course. Now if you feel that you are included in one of those two categories, well, I may as well say a big fat thanks to you for giving me some precious mind-blowing inspirations to write this yada-yada thing. Hahaha. Lumayan, paling nggak gue jadi ada bahan postingan.
So… Menurut lo, orang yang fashionable itu wujudnya kayak apa, sih??
Menurut gue, seorang bisa dibilang fashionable kalo dia udah berhasil memakai segala atribut yang ada di badannya sesuai kepribadiannya, bentuk fisiknya, juga keperluannya. Bisa liat sikon, liat kepentingan, sadar diri, dan nggak sok keren. I mean, okay, we all know that Quiksilver is hip. Roxy is cool. Billabong is irresistible. Biasanya orang-orang yang mampu afford buat beli original version dari brand-brand surfer itu dan memakainya buat jalan-jalan bisa dibilang punya fashion sense yang cukup tinggi lah. At least barang-barangnya udah keren, udah branded. Tapi itu aja belum cukup, kalo barang-barang tersebut nggak dipake pada tempatnya. Gimana coba kira-kira perasaan lo kalo tiba-tiba lo dateng ke sebuah acara kawinan dan ngeliat ada salah satu anggota keluarga pengantin dateng ke resepsi dengan kaos Billabong cokelat muda dan celana tiga-perempat Quiksilver ijo, lengkap dengan sepasang sepatu ceper berwarna senada? Atau misalnya lo ke mal dan berjumpa dengan seorang tante-tante setengah baya yang dengan pedenya lagi pake rok pantai keluaran Roxy? Nah, this is what I mean when I say ‘pada tempatnya’. Mungkin si cowok anggota keluarga pengantin yang salah kostum itu akan terlihat amat fashionable kalo waktu itu dia lagi nggak di kawinan, tapi lagi jalan-jalan di PS. Si tante-tante tadi itu mungkin nggak akan kelihatan begituuu norak kalo rok pantai berjumbai itu dia pake waktu liburan ke Carita, bukan buat ke mal. Tapi kalo kejadiannya beneran kayak yang tersebut di atas, wah, gaswat tuh. Mending copotin dulu tu muka, trus masukin kantong dulu, deh. Soalnya, believe me, once you’re caught in those kinds of situations, you’re sooo in trouble.
Lain lagi keadaannya kalo semua barang-barang bagus yang ada udah dipake pada tempatnya, tapi pemakainya sendiri yang nggak sadar diri. Misalnya, kalo seseorang yang tinggi badannya agak2 kurang [Duh, sori, I don’t mean to offend anyone here, truly] nekad make rok pantai ijo terang panjang berumbai-rumbai. Bisa-bisa jadi malah keliatan kayak kain pel berjalan, apalagi kalo sampe roknya itu beneran keseret-seret di lantai. Atau kalau ada orang yang berat badannya berlebih [Once again, I don’t mean to offend anyone here] maksain make body-fitted shirt berwarna pink, lengkap dengan celana pendek putih dan sepasang sepatu bercorak distro. Haduh. Bencana besar, tuh. Bukannya keren malahan jadi bahan tertawaan. Niatnya mau terlihat fashionable, hasilnya malah kayak produk gagal. Tipe-tipe kayak gini nih yang sering gue liat bertebaran di mal-mal terkemuka di J-Town. Sok gaya, tapi malahan keliatan aneh bin ajaib.
Now, what about me? Well, personally, I think I am quite fashionable, paling nggak. Well, nggak selalu juga sih. Outcount the times when I’m at school, please, soalnya school means uniform, and the word uniform refers to ugly white shirts and dreadful grey pants, not to mention an awful pair of black shoes to complete the nightmare. Nggak banget, deh [btw, whoever designed that uniform must have a terribly horrific sense of fashion… emang sih tujuannya keseragaman biar nggak ada kesenjangan sosial, tapi tetep aja nggak enak diliat]. Tapi, di luar itu, gue bisa dengan bangga mengkategorisasikan diri gue sebagai seorang anak SMA chubby berbadan agak besar yang masih cukup fashionable. Hehehe. Gaya jalan-jalan gue sehari-hari adalah, let’s see… T-Shirt item [my fave!! mostly Giordano, kadang FCUK, kadang Armani, kadang yang laen tapi tetep stay branded, kadang juga kaos distro], a pair of dark-colored pants [tiga-perempat atau panjang, tergantung sikon], a pair of black-and-white rubber wristbands [gue ngoleksi banyak loh, keluaran berbagai brand, bertuliskan berbagai pesan perdamaian, tapi warnanya sama semua, black and white], terus sepasang stylish sneakers [kadang Adidas, kadang Converse, kadang sepatu ceper keluaran distro], dan kadang-kadang kalung berbandul salib kesayangan yang sekarang lagi agak2 nggak bisa dipake. Biar wangi, gue juga punya stok beberapa EdT yang wanginya gue suka banget. BLV Notte dan HugoBoss In Motion adalah salah duanya. Hehehe. See? Cukup appropriate kan? Agak2 typical sih, cuma ya at least nggak akan terlihat saltum alias ‘unik dan aneh’ kan?
Yang gue bingung, segenap anak muda generasi MTV di J-Town belakangan ini tuh nggak cuman tiba-tiba serentak berubah jadi fashionistas, tapi juga jadi menganut aliran gaya baju yang cenderung sama. Di ampir semua mal yang gue datengin, pasti aja ada kayak satu pola yang jelas keliatan dari cara berpakaian orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar gue. Yang cewek berlomba tampil hip dengan outfits ngejrenk bermerek Roxy and the like, dengan jeans ketat atau celana tanggung yang match, kadang juga dengan topi dan tas bermerek surfer lainnya kayak Von Dutch dan lain-lain. Sementara yang cowok kalo nggak ber-distro-style alias pake baju berkerah garis-garis warna merah ato ijo dan celana tiga-perempat plus sepatu ceper, ya pake kaos plus jaket plus celana pendek plus sepatu, mostly basketball sneakers. Secara umum polanya begitu. Dan ini nggak cuma hasil pengamatan pada strangers doang, guys, secara kemaren sore waktu jalan-jalan di Plaza Semanggi gue ketemu Dwi, salah satu temen lama gue dari masa [cieh, masa kooo] HUT Penabur, dan predictably enough co-gan satu ini sukses pake kaos berkerah warna ijo lumut plus jeans warna senada plus sepatu ceper, plus lagi gaya rambut semi-harajuku yang emang jadi ciri khasnya. Alhasil gue sukses ketawa-ketawa sambil ngeledekin dia kormod alias korban mode. Hahaha. Hal yang sama juga gue liat dari temen-temen sekolah gue, mostly yang cewek, yang emang juga udah ketularan pola beginian.
Huh. Kenapa ya, guys, orang Indonesia itu selalu nggak kreatif? Satu begini, yang lain ikutan begini. Satu begitu, ikutan lagi. Begitu seterusnya.
I mean, alright, nggak salah sih tampil pede dan modis, tapi nggak perlu harus selalu ikut arus, kan? Kita nggak perlu ikutan gaya orang lain buat bisa tampil keren. Slogan standar ‘be yourself’ bisa jadi aspek kuat banget disini. Mau didandanin kayak apa, mau dipasangin barang semahal apapun, kalau akhirnya kita nggak bisa merasa nyaman dengan apa yang kita lakukan, buat apa? Jadi diri sendiri aja, yang penting nyaman, pede, dan bagus alias nggak malu-maluin, bukannya lebih bakal membawa kepuasan? Daripada terus ngikutin arus perkembangan mode dan akhirnya jadi latah dan nggak jelas begitu?
Jadi, menurut gue, untuk menjadi seorang yang fashionable, kita nggak perlu selalu ikutin gaya terbaru yang ada. Orang yang fashionable itu nggak selalu adalah orang yang ngikutin perkembangan mode dan menerapkannya. Asal kita merasa pede dengan apa yang kita pake, dan emang bisa memilah mana yang cocok sama kita dan mana yang nggak, mana yang appropriate dan mana yang nggak, mana yang acceptable dan mana yang nggak, mana yang harus dipake dan mana yang nggak, that’s it. Nggak usah khawatir dibilang kuper, ato jadul, ato nggak ngikutin perkembangan zaman. Kita juga mesti liat-liat keadaan dan mesti pinter-pinter menempatkan diri. Jangan sampe niatnya mau tampil keren dan dihormati orang, tapi hasilnya malah jadi bahan tertawaan.
Ya nggak, guys?
Duh, lama-lama jadi ngerasa kayak lagi nulis ceramah. Udah dulu ah. Pegel. Hehe.
Fiuh. I guess I’m gonna stop here for today. Hari ini gue beneran super capek, banget banget banget. Beberapa hari ini nggak cukup tidur, kebanyakan aktivitas, dan banyak kerjaan menunggu juga. Alhasil, badan gue cukup dibuat rontok. Fiuh. Mana hari ini S nggak SMS. Uh, bete deh. Kangen. Met malem, guys! See ya.
--balthazor66
Eniweiz… Kita semua pastinya udah nyadar banget dong kalo di J-Town belakangan ini udah bertebaran jutaan fashionista atau fashion freaks dimana-mana. And not just ordinary ones, but truly freaky ones are subscribed in the extra-long list, of course. Now if you feel that you are included in one of those two categories, well, I may as well say a big fat thanks to you for giving me some precious mind-blowing inspirations to write this yada-yada thing. Hahaha. Lumayan, paling nggak gue jadi ada bahan postingan.
So… Menurut lo, orang yang fashionable itu wujudnya kayak apa, sih??
Menurut gue, seorang bisa dibilang fashionable kalo dia udah berhasil memakai segala atribut yang ada di badannya sesuai kepribadiannya, bentuk fisiknya, juga keperluannya. Bisa liat sikon, liat kepentingan, sadar diri, dan nggak sok keren. I mean, okay, we all know that Quiksilver is hip. Roxy is cool. Billabong is irresistible. Biasanya orang-orang yang mampu afford buat beli original version dari brand-brand surfer itu dan memakainya buat jalan-jalan bisa dibilang punya fashion sense yang cukup tinggi lah. At least barang-barangnya udah keren, udah branded. Tapi itu aja belum cukup, kalo barang-barang tersebut nggak dipake pada tempatnya. Gimana coba kira-kira perasaan lo kalo tiba-tiba lo dateng ke sebuah acara kawinan dan ngeliat ada salah satu anggota keluarga pengantin dateng ke resepsi dengan kaos Billabong cokelat muda dan celana tiga-perempat Quiksilver ijo, lengkap dengan sepasang sepatu ceper berwarna senada? Atau misalnya lo ke mal dan berjumpa dengan seorang tante-tante setengah baya yang dengan pedenya lagi pake rok pantai keluaran Roxy? Nah, this is what I mean when I say ‘pada tempatnya’. Mungkin si cowok anggota keluarga pengantin yang salah kostum itu akan terlihat amat fashionable kalo waktu itu dia lagi nggak di kawinan, tapi lagi jalan-jalan di PS. Si tante-tante tadi itu mungkin nggak akan kelihatan begituuu norak kalo rok pantai berjumbai itu dia pake waktu liburan ke Carita, bukan buat ke mal. Tapi kalo kejadiannya beneran kayak yang tersebut di atas, wah, gaswat tuh. Mending copotin dulu tu muka, trus masukin kantong dulu, deh. Soalnya, believe me, once you’re caught in those kinds of situations, you’re sooo in trouble.
Lain lagi keadaannya kalo semua barang-barang bagus yang ada udah dipake pada tempatnya, tapi pemakainya sendiri yang nggak sadar diri. Misalnya, kalo seseorang yang tinggi badannya agak2 kurang [Duh, sori, I don’t mean to offend anyone here, truly] nekad make rok pantai ijo terang panjang berumbai-rumbai. Bisa-bisa jadi malah keliatan kayak kain pel berjalan, apalagi kalo sampe roknya itu beneran keseret-seret di lantai. Atau kalau ada orang yang berat badannya berlebih [Once again, I don’t mean to offend anyone here] maksain make body-fitted shirt berwarna pink, lengkap dengan celana pendek putih dan sepasang sepatu bercorak distro. Haduh. Bencana besar, tuh. Bukannya keren malahan jadi bahan tertawaan. Niatnya mau terlihat fashionable, hasilnya malah kayak produk gagal. Tipe-tipe kayak gini nih yang sering gue liat bertebaran di mal-mal terkemuka di J-Town. Sok gaya, tapi malahan keliatan aneh bin ajaib.
Now, what about me? Well, personally, I think I am quite fashionable, paling nggak. Well, nggak selalu juga sih. Outcount the times when I’m at school, please, soalnya school means uniform, and the word uniform refers to ugly white shirts and dreadful grey pants, not to mention an awful pair of black shoes to complete the nightmare. Nggak banget, deh [btw, whoever designed that uniform must have a terribly horrific sense of fashion… emang sih tujuannya keseragaman biar nggak ada kesenjangan sosial, tapi tetep aja nggak enak diliat]. Tapi, di luar itu, gue bisa dengan bangga mengkategorisasikan diri gue sebagai seorang anak SMA chubby berbadan agak besar yang masih cukup fashionable. Hehehe. Gaya jalan-jalan gue sehari-hari adalah, let’s see… T-Shirt item [my fave!! mostly Giordano, kadang FCUK, kadang Armani, kadang yang laen tapi tetep stay branded, kadang juga kaos distro], a pair of dark-colored pants [tiga-perempat atau panjang, tergantung sikon], a pair of black-and-white rubber wristbands [gue ngoleksi banyak loh, keluaran berbagai brand, bertuliskan berbagai pesan perdamaian, tapi warnanya sama semua, black and white], terus sepasang stylish sneakers [kadang Adidas, kadang Converse, kadang sepatu ceper keluaran distro], dan kadang-kadang kalung berbandul salib kesayangan yang sekarang lagi agak2 nggak bisa dipake. Biar wangi, gue juga punya stok beberapa EdT yang wanginya gue suka banget. BLV Notte dan HugoBoss In Motion adalah salah duanya. Hehehe. See? Cukup appropriate kan? Agak2 typical sih, cuma ya at least nggak akan terlihat saltum alias ‘unik dan aneh’ kan?
Yang gue bingung, segenap anak muda generasi MTV di J-Town belakangan ini tuh nggak cuman tiba-tiba serentak berubah jadi fashionistas, tapi juga jadi menganut aliran gaya baju yang cenderung sama. Di ampir semua mal yang gue datengin, pasti aja ada kayak satu pola yang jelas keliatan dari cara berpakaian orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar gue. Yang cewek berlomba tampil hip dengan outfits ngejrenk bermerek Roxy and the like, dengan jeans ketat atau celana tanggung yang match, kadang juga dengan topi dan tas bermerek surfer lainnya kayak Von Dutch dan lain-lain. Sementara yang cowok kalo nggak ber-distro-style alias pake baju berkerah garis-garis warna merah ato ijo dan celana tiga-perempat plus sepatu ceper, ya pake kaos plus jaket plus celana pendek plus sepatu, mostly basketball sneakers. Secara umum polanya begitu. Dan ini nggak cuma hasil pengamatan pada strangers doang, guys, secara kemaren sore waktu jalan-jalan di Plaza Semanggi gue ketemu Dwi, salah satu temen lama gue dari masa [cieh, masa kooo] HUT Penabur, dan predictably enough co-gan satu ini sukses pake kaos berkerah warna ijo lumut plus jeans warna senada plus sepatu ceper, plus lagi gaya rambut semi-harajuku yang emang jadi ciri khasnya. Alhasil gue sukses ketawa-ketawa sambil ngeledekin dia kormod alias korban mode. Hahaha. Hal yang sama juga gue liat dari temen-temen sekolah gue, mostly yang cewek, yang emang juga udah ketularan pola beginian.
Huh. Kenapa ya, guys, orang Indonesia itu selalu nggak kreatif? Satu begini, yang lain ikutan begini. Satu begitu, ikutan lagi. Begitu seterusnya.
I mean, alright, nggak salah sih tampil pede dan modis, tapi nggak perlu harus selalu ikut arus, kan? Kita nggak perlu ikutan gaya orang lain buat bisa tampil keren. Slogan standar ‘be yourself’ bisa jadi aspek kuat banget disini. Mau didandanin kayak apa, mau dipasangin barang semahal apapun, kalau akhirnya kita nggak bisa merasa nyaman dengan apa yang kita lakukan, buat apa? Jadi diri sendiri aja, yang penting nyaman, pede, dan bagus alias nggak malu-maluin, bukannya lebih bakal membawa kepuasan? Daripada terus ngikutin arus perkembangan mode dan akhirnya jadi latah dan nggak jelas begitu?
Jadi, menurut gue, untuk menjadi seorang yang fashionable, kita nggak perlu selalu ikutin gaya terbaru yang ada. Orang yang fashionable itu nggak selalu adalah orang yang ngikutin perkembangan mode dan menerapkannya. Asal kita merasa pede dengan apa yang kita pake, dan emang bisa memilah mana yang cocok sama kita dan mana yang nggak, mana yang appropriate dan mana yang nggak, mana yang acceptable dan mana yang nggak, mana yang harus dipake dan mana yang nggak, that’s it. Nggak usah khawatir dibilang kuper, ato jadul, ato nggak ngikutin perkembangan zaman. Kita juga mesti liat-liat keadaan dan mesti pinter-pinter menempatkan diri. Jangan sampe niatnya mau tampil keren dan dihormati orang, tapi hasilnya malah jadi bahan tertawaan.
Ya nggak, guys?
Duh, lama-lama jadi ngerasa kayak lagi nulis ceramah. Udah dulu ah. Pegel. Hehe.
Fiuh. I guess I’m gonna stop here for today. Hari ini gue beneran super capek, banget banget banget. Beberapa hari ini nggak cukup tidur, kebanyakan aktivitas, dan banyak kerjaan menunggu juga. Alhasil, badan gue cukup dibuat rontok. Fiuh. Mana hari ini S nggak SMS. Uh, bete deh. Kangen. Met malem, guys! See ya.
--balthazor66
Saturday, October 15, 2005
...morning, everybody!!
Selamat pagi dunia!!
Hahaha... sebuah rekor buat gue ngepost blog pagi-pagi.. Secara ini lagi sibuk ngeprint kerjaan pelatihan jurnalistik yang harusnya uda tadi malem gue print tapi gara-gara keasikan baca nonton nyanyi dan tidur jadi ga bisa.. Hehe..
Anyways... Hari ini gue bakalan sibuk banget. Jam tujuh mesti nyampe di Smukie, jam delapan di SMAK2. Terus pelatihan sampe jam stengah satu siang, abis itu ke Plangi deh jalan-jalan. Hehehehe. Yah, lumayan lah. Ditambah kekangenan gue yang amat sangat buat S, dan rasa cape gue hasil muter-muterin Pasar Baru seharian buat nyari bahan berita kemaren. Huh. Kaki gue rasanya mau copot aja.
Duh... Nggak tau lagi mesti nulis apaan. Printer gue kena paper jam lagi. Aduuuuhh.. Not a very good start for a beautiful Saturday morning... Hope your day's splendid! Luv yah.
--balthazor66
Hahaha... sebuah rekor buat gue ngepost blog pagi-pagi.. Secara ini lagi sibuk ngeprint kerjaan pelatihan jurnalistik yang harusnya uda tadi malem gue print tapi gara-gara keasikan baca nonton nyanyi dan tidur jadi ga bisa.. Hehe..
Anyways... Hari ini gue bakalan sibuk banget. Jam tujuh mesti nyampe di Smukie, jam delapan di SMAK2. Terus pelatihan sampe jam stengah satu siang, abis itu ke Plangi deh jalan-jalan. Hehehehe. Yah, lumayan lah. Ditambah kekangenan gue yang amat sangat buat S, dan rasa cape gue hasil muter-muterin Pasar Baru seharian buat nyari bahan berita kemaren. Huh. Kaki gue rasanya mau copot aja.
Duh... Nggak tau lagi mesti nulis apaan. Printer gue kena paper jam lagi. Aduuuuhh.. Not a very good start for a beautiful Saturday morning... Hope your day's splendid! Luv yah.
--balthazor66
Friday, October 14, 2005
...busy day, I guess...
Wah, guys, sore ini gue bener-bener cape, lahir batin. Dari pagi udah di SMAK2 buat ikutan that so-called Pelatihan Jurnalistik, terus sorenya sempet-sempetin tetep ikutan ekskul Padus. Fiuh.Cape banget, beneran. Badan, mental, dan suara. Hari ini gue ngerasa as if gue diperes abis.
Anyways… That’s not what I wanna talk about today. Ada beberapa highlights of the day yang pengen gue share sama lo smua.
Pertama, ternyata SMAK2 itu aga2 ngga pewe, ya? Gedungnya sih cukup oke, berbentuk seperti selayaknya sekolah-sekolah menengah atas pada umumnya [that excludes SMAK1,btw, yang gedungnya aga2 mirip kantor], tapiiiii… ya ampuun, rada sempit en overcrowded ngga seh?? Udah lorongnya kecil banget, Cuma muat pas dua putih abu-abu bolak-balik, kelasnya mungil-mungil, udah gitu kantinnya irit banget, lagi. Bayangin, buat satu sekolah yang isinya tiga angkatan berjumlah enam belas kelas, masa cuma disediain sekotak kantin imut yang isinya satu penjual makanan sama satu penjual minuman? Omg, I mean, decent dikit, dong! Ngga wajar banget kan kalo seisi sekolah cuma dikasih arena makan segitu? Tadi aja buat nampung dua kelas peserta pelatihan aja udah sempit abis, apalagi waktu istirahat sekolah? Bisa serasa kayak lagi rebutan ngantri sembako, kali. Fiuh. Pantesan banyak orang bilang kalo SMAK2 aga2 ngga modal. Yeah, obviously, I can see that.
Secondly, tentang Pelatihan Jurnalistik. Tadi itu, dari jam delapan pagi sampe sekitar setengah tiga sore, gue barengan sama anak-anak Jurnalistik laennya a.k.a Andrew Rere Filbert Joni Henny dan juga beberapa puluh anak-anak SMAK laennya ikutan semacem penyuluhan tentang jurnalistik gitu. Bentuknya sih kayak pelajaran sekolah biasa, orang-orangnya ngejelasin pake proyektor dan kita semua yang ngikutin pada nyatet, kayak lagi di kelas gitu. Jujur tadi gue ngerasa kayak lagi belajar di kelas XI-Language or something. Hahaha. Cuma suasananya lebih cair aja, bisa foto-foto en ketawa-ketawa tanpa kuatir dimarahin sama guru-guru macem KM ato HD, ato nggak perlu takut buat menguap dan tidur. Basically that’s about it, I guess. Dijelasin tentang segala tetek-bengek jurnalistik selama beberapa jam gitu sukses bikin gue ngantuk sengantuk-ngantuknya, plus bosen yang nggak pergi-pergi. Untung tadi bisa foto-foto sambil ngegosip sama Rere, Joni en Henny, thanks to tempat duduk paling belakang yang udah kita pilih. Hahaha. But it was quite okay in general. The so-called moderators alias pengajar yang dating dari Suara Pembaruan ternyata emang nggak sembarang orang; mereka ngerti bener segala hal yang mereka jelasin ke kita-kita, en gue rasa gue belajar cukup banyak dari mereka. Not to mention a growing interest to study more about journalism, gitu. Hahaha. Overall, it was fun.
Yang ketiga, tentang ujan. Tadi siang mendung, nggak panas, tapi kok kenapa nggak ujan sekalian ya? Scara kmaren sore itu turun ujan gede yang bagus banget, and I was craving for more of it, tapi sialnya ujannya malah ngga dateng. Huh. Padahal pengen banget maen ujan di tengah-tengah sekolah lagi, just like I used to. Phew. Dan ngga tau kenapa, strangely, mood gue hari ini mellow banget, seriously.
Terussss… About S. The perfect gebetan to be. Duh, hari ini gue cuma ketemu bentaaaaaaaaaaaaar banget sama dia. Pagi-pagi, sebelum cabut ke SMAK2. Gue ketemu dia di tangga, dianya mau masuk kelas, guenya mau turun ngambil surat ijin, dan sialnya kita cuma sempet tuker-tukeran senyum beberapa detik [ah, senyumnya seperti biasa sukses bikin gue nyaris melting di tempat]. Huks… Sedih. Mana sekarang ngga bisa SMSan… Secara pulsa gue udah teriak-teriak minta dihemat, en gue juga nggak tau mesti nyari topik apaan buat SMS dia. Duh, kangen banget. Banget. Banget. Banget. Huks.
Lastly, I’d like to give a couple of shout-outs here, as usual… For some interesting people have made my day so wonderful this past few days, and of course I’m thanking the Big Guy Up There for allowing me to enjoy every tiny bit of it. Rere Andrew Filbert Joni Henny, you guys rock! Kakak-kakak kelas Lewi en Mia, thanks ya udah mau baca cerpen gue! Hehehe. S, miss you so much. SMS gue, dong… Dan buat many other unmentionable people out there, you know who you are… Thanks for making my day so special, guys! ^^
Now I think that’s just about it. Oh ya, belakangan ini lagi ngerasa diomongin. Huks. Sedih. Besok adalah hari kedua pelatihan, dan gue akan turun ke jalan buat nyari berita seharian! Aseel ^^ Selamat hari Kamis, dunia!! Luv yah.
--balthazor66
Anyways… That’s not what I wanna talk about today. Ada beberapa highlights of the day yang pengen gue share sama lo smua.
Pertama, ternyata SMAK2 itu aga2 ngga pewe, ya? Gedungnya sih cukup oke, berbentuk seperti selayaknya sekolah-sekolah menengah atas pada umumnya [that excludes SMAK1,btw, yang gedungnya aga2 mirip kantor], tapiiiii… ya ampuun, rada sempit en overcrowded ngga seh?? Udah lorongnya kecil banget, Cuma muat pas dua putih abu-abu bolak-balik, kelasnya mungil-mungil, udah gitu kantinnya irit banget, lagi. Bayangin, buat satu sekolah yang isinya tiga angkatan berjumlah enam belas kelas, masa cuma disediain sekotak kantin imut yang isinya satu penjual makanan sama satu penjual minuman? Omg, I mean, decent dikit, dong! Ngga wajar banget kan kalo seisi sekolah cuma dikasih arena makan segitu? Tadi aja buat nampung dua kelas peserta pelatihan aja udah sempit abis, apalagi waktu istirahat sekolah? Bisa serasa kayak lagi rebutan ngantri sembako, kali. Fiuh. Pantesan banyak orang bilang kalo SMAK2 aga2 ngga modal. Yeah, obviously, I can see that.
Secondly, tentang Pelatihan Jurnalistik. Tadi itu, dari jam delapan pagi sampe sekitar setengah tiga sore, gue barengan sama anak-anak Jurnalistik laennya a.k.a Andrew Rere Filbert Joni Henny dan juga beberapa puluh anak-anak SMAK laennya ikutan semacem penyuluhan tentang jurnalistik gitu. Bentuknya sih kayak pelajaran sekolah biasa, orang-orangnya ngejelasin pake proyektor dan kita semua yang ngikutin pada nyatet, kayak lagi di kelas gitu. Jujur tadi gue ngerasa kayak lagi belajar di kelas XI-Language or something. Hahaha. Cuma suasananya lebih cair aja, bisa foto-foto en ketawa-ketawa tanpa kuatir dimarahin sama guru-guru macem KM ato HD, ato nggak perlu takut buat menguap dan tidur. Basically that’s about it, I guess. Dijelasin tentang segala tetek-bengek jurnalistik selama beberapa jam gitu sukses bikin gue ngantuk sengantuk-ngantuknya, plus bosen yang nggak pergi-pergi. Untung tadi bisa foto-foto sambil ngegosip sama Rere, Joni en Henny, thanks to tempat duduk paling belakang yang udah kita pilih. Hahaha. But it was quite okay in general. The so-called moderators alias pengajar yang dating dari Suara Pembaruan ternyata emang nggak sembarang orang; mereka ngerti bener segala hal yang mereka jelasin ke kita-kita, en gue rasa gue belajar cukup banyak dari mereka. Not to mention a growing interest to study more about journalism, gitu. Hahaha. Overall, it was fun.
Yang ketiga, tentang ujan. Tadi siang mendung, nggak panas, tapi kok kenapa nggak ujan sekalian ya? Scara kmaren sore itu turun ujan gede yang bagus banget, and I was craving for more of it, tapi sialnya ujannya malah ngga dateng. Huh. Padahal pengen banget maen ujan di tengah-tengah sekolah lagi, just like I used to. Phew. Dan ngga tau kenapa, strangely, mood gue hari ini mellow banget, seriously.
Terussss… About S. The perfect gebetan to be. Duh, hari ini gue cuma ketemu bentaaaaaaaaaaaaar banget sama dia. Pagi-pagi, sebelum cabut ke SMAK2. Gue ketemu dia di tangga, dianya mau masuk kelas, guenya mau turun ngambil surat ijin, dan sialnya kita cuma sempet tuker-tukeran senyum beberapa detik [ah, senyumnya seperti biasa sukses bikin gue nyaris melting di tempat]. Huks… Sedih. Mana sekarang ngga bisa SMSan… Secara pulsa gue udah teriak-teriak minta dihemat, en gue juga nggak tau mesti nyari topik apaan buat SMS dia. Duh, kangen banget. Banget. Banget. Banget. Huks.
Lastly, I’d like to give a couple of shout-outs here, as usual… For some interesting people have made my day so wonderful this past few days, and of course I’m thanking the Big Guy Up There for allowing me to enjoy every tiny bit of it. Rere Andrew Filbert Joni Henny, you guys rock! Kakak-kakak kelas Lewi en Mia, thanks ya udah mau baca cerpen gue! Hehehe. S, miss you so much. SMS gue, dong… Dan buat many other unmentionable people out there, you know who you are… Thanks for making my day so special, guys! ^^
Now I think that’s just about it. Oh ya, belakangan ini lagi ngerasa diomongin. Huks. Sedih. Besok adalah hari kedua pelatihan, dan gue akan turun ke jalan buat nyari berita seharian! Aseel ^^ Selamat hari Kamis, dunia!! Luv yah.
--balthazor66
Sunday, October 09, 2005
...about falling in love...
Gaah, finally, another entry! Jeez, kenapa ya dua mingguan lebih ini gue susah banget nyari waktu senggang buat buka Internet? Even buat buka friendster aja susahnya minta ampun. Phew. Gila. Uda kangen banget banget banget mau nulis blog lagi.
Eniweiz… Many things had happened during those precious wasted days. Ada Social Science Camp yang asik asik banget, ada insiden 'Janji Kelingking' [Nah, yang ini bisa dibaca di blognya Rere, scara gue rada males buat menceritakan ulang lagi ^^], ada syuting English 4 Fun di TVRI [yang berawal dengan derita dan berakhir dengan cukup membahagiakan. haha], ada acara ngeband [whew, ternyata asik juga ngeband sama mereka], ada latian teater [yang super nggak jelas, btw], dan most recently of all, ada bagian jatuh cinta juga.
Nah loh, koq ada jatuh cinta segala??
Hahahaha. Jadi gini, guys… Nggak tau kenapa, beberapa hari ini gue ngerasa lagi obsessed [atau lebih tepatnya dibilang infatuated] sama seseorang. Sebut aja dia S [yeah, I know, another codename, sorry for that ^^"]. Well, I dunno, but this particular S somehow caught my eye, and this time my heart along with it. Gue nggak bisa berenti meng-admire betapa mempesonanya dia, begitu baeknya dia sama gue, begitu misteriusnya, begitu anehnya, even begitu simpelnya dia bersikap. Well, orangnya sih aga2 kebanyakan gaya, tapi yah tetep aja eye-catchy. Dan walaupun gue belum lama kenal deket sama dia tapi gue udah ngerasa kalo, well, the sparks are really there, between us. Ada aja chemistry-nya, gitu. At least for me, nggak tau dia gimana. Yang jelas, mungkin emang masih terlalu dini buat memproklamirkan perasaan ini sebagai kondisi 'jatuh cinta', tapi paling enggak gue tau kalo at least gue lagi kena sama yang namanya sindrom infatuation, atau extreme obsession sama dia.
Duh. Tiba-tiba jadi speechless. Padahal tadi niatnya mau cerita banyak gitu, biar dramatis. Hehehe.
Oh ya, about Z… Belakangan ini gue juga jadi lebih sering berantem sama Z. Nggak tau juga kenapa. Gimana mau ngejelasin sama dia tentang perasaan gue kalo gue sendiri masih bingung setengah mati sama semua perasaan ini? Duh. Nggak tau lagi mesti ngomong apa ke dia. Yang jelas gue bener-bener lagi cape banget ngomong sama Z. Cape ngejelasin, cape ngadepin sejuta pertanyaan jujur yang keluar dari dia. Gue cape sama semua rentetan pertanyaan dia yang walaupun gue tau nggak bermaksud apa-apa tapi somehow nyakitin, ngebingungin. Gue tau dia nggak salah apa-apa sama gue; malahan dia udah setengah mati berusaha buat selalu jadi yang terbaik buat gue, mencoba narik perhatian gue, mencoba ngertiin gue… Tapi tetep aja somehow ada suatu boundary yang selalu bikin kita clash. Maybe I'm the one who’s not doing the right thing here, but hey, honestly, I don’t even know what the fuckin' hell I am doing. Fiuh. Nggak ngerti mesti gimana. Dan kalau ditanya apakah gue masih sayang sama Z, well, yes, I still do, tapi jujur gue nggak tau itu jawaban yang masih gue inginkan atau nggak. How about S?
I never knew love can bring me this far in trouble.
S is perfect. Awesome. Irresistible. Yet Z fulfills everything that no other people can. Which one should I choose?
Ah. Nggak tau ah. Cape mikirinnya.
Now I'd like to send a couple of shout-outs, btw, for a lot of people had been very supportive to me these days, and I'm feeling so immensely grateful to every single one of them for coloring my days with dazzling smiles and cheery laughs… Rere, thanks for being such an understanding best-friend. Sori ya nggak bisa cerita banyak. Richard, wassup bro? Never knew you were THAT thoughtful… Thanks for those accompanying moments! Nice new haircut, btw… Neja, sis, couz, cepetan balik, udah nggak sabar pengen ngobrol banyak lagi sama loe… Janji nginep lagi di rumah gue yaaa? Dennis, thanks for those funny messages you sent me the other day… Ternyata lo tuh lucu banget ya? Angela, Tracy, Darius, Charles, thanks for letting me join your band, guys! You guys rock! Vicky, what a stunning voice, girl! Keep it up!! And of course to all other people who had contributed to my days this far, thanks a million for those smiles you gave me. My days had been superb, and not a single piece of it would've been happy if it wasn't because of you lot… Thanks! ^^
So… A lot of things had happened throughout the days, painful ones, memorable ones, and I'm thanking the Almighty Creator up there for every second of it. Right now I'm just hoping that this week would be spectacular as well. BCR uda mulai lagi, tapi koq gue ngerasa ceritanya jadi aga2 maksa ya?? Whatever. Luv yah.
--balthazor66
Eniweiz… Many things had happened during those precious wasted days. Ada Social Science Camp yang asik asik banget, ada insiden 'Janji Kelingking' [Nah, yang ini bisa dibaca di blognya Rere, scara gue rada males buat menceritakan ulang lagi ^^], ada syuting English 4 Fun di TVRI [yang berawal dengan derita dan berakhir dengan cukup membahagiakan. haha], ada acara ngeband [whew, ternyata asik juga ngeband sama mereka], ada latian teater [yang super nggak jelas, btw], dan most recently of all, ada bagian jatuh cinta juga.
Nah loh, koq ada jatuh cinta segala??
Hahahaha. Jadi gini, guys… Nggak tau kenapa, beberapa hari ini gue ngerasa lagi obsessed [atau lebih tepatnya dibilang infatuated] sama seseorang. Sebut aja dia S [yeah, I know, another codename, sorry for that ^^"]. Well, I dunno, but this particular S somehow caught my eye, and this time my heart along with it. Gue nggak bisa berenti meng-admire betapa mempesonanya dia, begitu baeknya dia sama gue, begitu misteriusnya, begitu anehnya, even begitu simpelnya dia bersikap. Well, orangnya sih aga2 kebanyakan gaya, tapi yah tetep aja eye-catchy. Dan walaupun gue belum lama kenal deket sama dia tapi gue udah ngerasa kalo, well, the sparks are really there, between us. Ada aja chemistry-nya, gitu. At least for me, nggak tau dia gimana. Yang jelas, mungkin emang masih terlalu dini buat memproklamirkan perasaan ini sebagai kondisi 'jatuh cinta', tapi paling enggak gue tau kalo at least gue lagi kena sama yang namanya sindrom infatuation, atau extreme obsession sama dia.
Duh. Tiba-tiba jadi speechless. Padahal tadi niatnya mau cerita banyak gitu, biar dramatis. Hehehe.
Oh ya, about Z… Belakangan ini gue juga jadi lebih sering berantem sama Z. Nggak tau juga kenapa. Gimana mau ngejelasin sama dia tentang perasaan gue kalo gue sendiri masih bingung setengah mati sama semua perasaan ini? Duh. Nggak tau lagi mesti ngomong apa ke dia. Yang jelas gue bener-bener lagi cape banget ngomong sama Z. Cape ngejelasin, cape ngadepin sejuta pertanyaan jujur yang keluar dari dia. Gue cape sama semua rentetan pertanyaan dia yang walaupun gue tau nggak bermaksud apa-apa tapi somehow nyakitin, ngebingungin. Gue tau dia nggak salah apa-apa sama gue; malahan dia udah setengah mati berusaha buat selalu jadi yang terbaik buat gue, mencoba narik perhatian gue, mencoba ngertiin gue… Tapi tetep aja somehow ada suatu boundary yang selalu bikin kita clash. Maybe I'm the one who’s not doing the right thing here, but hey, honestly, I don’t even know what the fuckin' hell I am doing. Fiuh. Nggak ngerti mesti gimana. Dan kalau ditanya apakah gue masih sayang sama Z, well, yes, I still do, tapi jujur gue nggak tau itu jawaban yang masih gue inginkan atau nggak. How about S?
I never knew love can bring me this far in trouble.
S is perfect. Awesome. Irresistible. Yet Z fulfills everything that no other people can. Which one should I choose?
Ah. Nggak tau ah. Cape mikirinnya.
Now I'd like to send a couple of shout-outs, btw, for a lot of people had been very supportive to me these days, and I'm feeling so immensely grateful to every single one of them for coloring my days with dazzling smiles and cheery laughs… Rere, thanks for being such an understanding best-friend. Sori ya nggak bisa cerita banyak. Richard, wassup bro? Never knew you were THAT thoughtful… Thanks for those accompanying moments! Nice new haircut, btw… Neja, sis, couz, cepetan balik, udah nggak sabar pengen ngobrol banyak lagi sama loe… Janji nginep lagi di rumah gue yaaa? Dennis, thanks for those funny messages you sent me the other day… Ternyata lo tuh lucu banget ya? Angela, Tracy, Darius, Charles, thanks for letting me join your band, guys! You guys rock! Vicky, what a stunning voice, girl! Keep it up!! And of course to all other people who had contributed to my days this far, thanks a million for those smiles you gave me. My days had been superb, and not a single piece of it would've been happy if it wasn't because of you lot… Thanks! ^^
So… A lot of things had happened throughout the days, painful ones, memorable ones, and I'm thanking the Almighty Creator up there for every second of it. Right now I'm just hoping that this week would be spectacular as well. BCR uda mulai lagi, tapi koq gue ngerasa ceritanya jadi aga2 maksa ya?? Whatever. Luv yah.
--balthazor66
Subscribe to:
Posts (Atom)