Tuesday, June 21, 2005

...about saying sorry...

Well… before I jump into topic, first thing first, I guess. The awful fact, guys: this afternoon I just found out that not only some of my closest pals at school are taking the IPA program, meaning to say that they are certainly not gonna be my future classmates ever again in Smukie, even though earlier they had promised to take the IPS program instead together with me [You hear that Stella?? Ergh… Can’t believe this is happening], but some of them are also moving out to other schools!!

Phew. Guess life is going to get even rougher now.

I mean, nyesekin aja, gitu, ngeliatnya. Apalagi dalam kasus Stella ini, yang maunya IPS tapi, surprise surprise, disuruh ortu [as always] buat masuk IPA gara-gara nilainya cukup. And she’s not the first one to experience that kind of stuff. Beberapa orang lagi juga begitu, koq. Chui, misalnya. Bonar. Astrid. Dan masih banyak lagi. Personally gue juga pernah ngalamin itu, koq. Pertama-tama masuk Smukie, bokap udah setengah mati maksain masuk IPA, sementara gue nggak mau. Untung aja sekarang doi udah nyadar, ato mungkin give up kali yah, ngeliat betapa stubborn-nya anaknya dalam mempertahankan pendapat [cieeee, jadi memuji diri sendiri].

Yah, gitu deh. This is why I keep on saying life isn’t always as unbiased as it seems.

Teruuuusss… you know what, guys, somebody said sorry to me a few days ago. And not just an ordinary sorry, but lotsa them, and sincerely so. Dia, yang predictably adalah my someone special, si Z, nulisin beberapa baris kata-kata yang kayaknya lirik lagu gitu buat gue, yang isinya adalah permintaan maaf atas semua yang pernah dilakuinnya ke gue, terutama tentang one certain phone call beberapa hari lalu yang penuh dengan keemosian meledak-ledak kita berdua yang ujung-ujungnya jadi berantem hebat gitu. Beberapa baris yang paling bikin gue terharu adalah baris yang dimana dia nulis kalo dia minta maaf udah nyakitin gue selama ini, dan gue harus tau kalo waktu gue ngerasa dia nyakitin gue, dia juga lagi nyakitin diri dia sendiri. Sorry for not being perfect. Sorry for everything. Dan dia menulis itu semua tanpa kepuitisan, malahan lebih kayak nulisin kata hati yang polos, jujur, namun ngena banget di hati, gitu.

Jujur, waktu gue baca itu, gue langsung spontan burst into tears on the spot.

Hadoh. Nggak tau napa gue tiba-tiba jadi cengeng gini. Nggak ada niat buat nangis juga sebelum gue baca itu. Tapi ya entah kenapa begitu gue baca, like, ada kayak satu sudden rush of memories gitu, dimana dia seakan jadi malaikat buat gue, dan gue dengan jahatnya malah kadang nyakitin dia dengan sikap gue yang jelek. Tapi dia seakan tulus aja nerima semua itu. Malahan sekarang dia minta maaf karena udah nyakitin gue, satu hal yang baru dia lakuin beberapa hari yang lalu dengan kejamnya, padahal gue tau banget gue pernah jauh lebih jahat dari dia waktu dia masih jadi milik gue.

Gue trenyuh. Tersentuh. Sama kebaikan dia, sama ketulusan hati dia, sama semuanya… Dan gue bener-bener nyesel udah pernah nyakitin dia berulang kali dengan egoisnya waktu itu.
Apalagi sekarang dia udah bener-bener berlalu dari gue. Disaat gue masih bener-bener tergila-gila sama dia, dia pergi.

And it hurts, knowing the fact that this time my chances to bring my love back are no longer available.

So, for Z… I’m sorry, terribly sorry, for everything I’ve done to you… For the bad times… And for all… And thanks, thank you so much, for everything you’ve done to me… I’ll be wishing you happiness, and love… Hope you’ll meet someone who’s better than me… But remember one thing: I will always love you… You’re just the best I’ve ever had… And I’ll always be waiting for you, to come back, as long as there are chances, and hope…

Duh… mata gue udah mulai basah lagi nih… Kayaknya segini aja dulu deh…

In the end, guys, hari ini gue diajarin bahwa sebuah kata maaf itu bisa bener-bener berarti, kalo diomongin dengan tulus, dari hati yang paling dalam… I’ve experienced it, and I believe in it… Jadi, siapapun yang berfikir kayak Tao Ming Tse yang bilang kalo maaf ada gunanya trus apa gunanya polisi, well, I suggest that you have a ponder on that.

Hahahaha. SELAMAT LIBURAN!! Luv yah.

--balthazor66

No comments: