Wah… Nggak tau kenapa juga tiba-tiba gue pengen nulis tentang fashion sense begini. It’s like a sudden rush to the head gitu. Mungkin terinspirasi dari pemandangan sekitar a.k.a lautan manusia di setiap tempat umum yang gue kunjungin dua hari belakangan ini kali ya. Hahaha.
Eniweiz… Kita semua pastinya udah nyadar banget dong kalo di J-Town belakangan ini udah bertebaran jutaan fashionista atau fashion freaks dimana-mana. And not just ordinary ones, but truly freaky ones are subscribed in the extra-long list, of course. Now if you feel that you are included in one of those two categories, well, I may as well say a big fat thanks to you for giving me some precious mind-blowing inspirations to write this yada-yada thing. Hahaha. Lumayan, paling nggak gue jadi ada bahan postingan.
So… Menurut lo, orang yang fashionable itu wujudnya kayak apa, sih??
Menurut gue, seorang bisa dibilang fashionable kalo dia udah berhasil memakai segala atribut yang ada di badannya sesuai kepribadiannya, bentuk fisiknya, juga keperluannya. Bisa liat sikon, liat kepentingan, sadar diri, dan nggak sok keren. I mean, okay, we all know that Quiksilver is hip. Roxy is cool. Billabong is irresistible. Biasanya orang-orang yang mampu afford buat beli original version dari brand-brand surfer itu dan memakainya buat jalan-jalan bisa dibilang punya fashion sense yang cukup tinggi lah. At least barang-barangnya udah keren, udah branded. Tapi itu aja belum cukup, kalo barang-barang tersebut nggak dipake pada tempatnya. Gimana coba kira-kira perasaan lo kalo tiba-tiba lo dateng ke sebuah acara kawinan dan ngeliat ada salah satu anggota keluarga pengantin dateng ke resepsi dengan kaos Billabong cokelat muda dan celana tiga-perempat Quiksilver ijo, lengkap dengan sepasang sepatu ceper berwarna senada? Atau misalnya lo ke mal dan berjumpa dengan seorang tante-tante setengah baya yang dengan pedenya lagi pake rok pantai keluaran Roxy? Nah, this is what I mean when I say ‘pada tempatnya’. Mungkin si cowok anggota keluarga pengantin yang salah kostum itu akan terlihat amat fashionable kalo waktu itu dia lagi nggak di kawinan, tapi lagi jalan-jalan di PS. Si tante-tante tadi itu mungkin nggak akan kelihatan begituuu norak kalo rok pantai berjumbai itu dia pake waktu liburan ke Carita, bukan buat ke mal. Tapi kalo kejadiannya beneran kayak yang tersebut di atas, wah, gaswat tuh. Mending copotin dulu tu muka, trus masukin kantong dulu, deh. Soalnya, believe me, once you’re caught in those kinds of situations, you’re sooo in trouble.
Lain lagi keadaannya kalo semua barang-barang bagus yang ada udah dipake pada tempatnya, tapi pemakainya sendiri yang nggak sadar diri. Misalnya, kalo seseorang yang tinggi badannya agak2 kurang [Duh, sori, I don’t mean to offend anyone here, truly] nekad make rok pantai ijo terang panjang berumbai-rumbai. Bisa-bisa jadi malah keliatan kayak kain pel berjalan, apalagi kalo sampe roknya itu beneran keseret-seret di lantai. Atau kalau ada orang yang berat badannya berlebih [Once again, I don’t mean to offend anyone here] maksain make body-fitted shirt berwarna pink, lengkap dengan celana pendek putih dan sepasang sepatu bercorak distro. Haduh. Bencana besar, tuh. Bukannya keren malahan jadi bahan tertawaan. Niatnya mau terlihat fashionable, hasilnya malah kayak produk gagal. Tipe-tipe kayak gini nih yang sering gue liat bertebaran di mal-mal terkemuka di J-Town. Sok gaya, tapi malahan keliatan aneh bin ajaib.
Now, what about me? Well, personally, I think I am quite fashionable, paling nggak. Well, nggak selalu juga sih. Outcount the times when I’m at school, please, soalnya school means uniform, and the word uniform refers to ugly white shirts and dreadful grey pants, not to mention an awful pair of black shoes to complete the nightmare. Nggak banget, deh [btw, whoever designed that uniform must have a terribly horrific sense of fashion… emang sih tujuannya keseragaman biar nggak ada kesenjangan sosial, tapi tetep aja nggak enak diliat]. Tapi, di luar itu, gue bisa dengan bangga mengkategorisasikan diri gue sebagai seorang anak SMA chubby berbadan agak besar yang masih cukup fashionable. Hehehe. Gaya jalan-jalan gue sehari-hari adalah, let’s see… T-Shirt item [my fave!! mostly Giordano, kadang FCUK, kadang Armani, kadang yang laen tapi tetep stay branded, kadang juga kaos distro], a pair of dark-colored pants [tiga-perempat atau panjang, tergantung sikon], a pair of black-and-white rubber wristbands [gue ngoleksi banyak loh, keluaran berbagai brand, bertuliskan berbagai pesan perdamaian, tapi warnanya sama semua, black and white], terus sepasang stylish sneakers [kadang Adidas, kadang Converse, kadang sepatu ceper keluaran distro], dan kadang-kadang kalung berbandul salib kesayangan yang sekarang lagi agak2 nggak bisa dipake. Biar wangi, gue juga punya stok beberapa EdT yang wanginya gue suka banget. BLV Notte dan HugoBoss In Motion adalah salah duanya. Hehehe. See? Cukup appropriate kan? Agak2 typical sih, cuma ya at least nggak akan terlihat saltum alias ‘unik dan aneh’ kan?
Yang gue bingung, segenap anak muda generasi MTV di J-Town belakangan ini tuh nggak cuman tiba-tiba serentak berubah jadi fashionistas, tapi juga jadi menganut aliran gaya baju yang cenderung sama. Di ampir semua mal yang gue datengin, pasti aja ada kayak satu pola yang jelas keliatan dari cara berpakaian orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar gue. Yang cewek berlomba tampil hip dengan outfits ngejrenk bermerek Roxy and the like, dengan jeans ketat atau celana tanggung yang match, kadang juga dengan topi dan tas bermerek surfer lainnya kayak Von Dutch dan lain-lain. Sementara yang cowok kalo nggak ber-distro-style alias pake baju berkerah garis-garis warna merah ato ijo dan celana tiga-perempat plus sepatu ceper, ya pake kaos plus jaket plus celana pendek plus sepatu, mostly basketball sneakers. Secara umum polanya begitu. Dan ini nggak cuma hasil pengamatan pada strangers doang, guys, secara kemaren sore waktu jalan-jalan di Plaza Semanggi gue ketemu Dwi, salah satu temen lama gue dari masa [cieh, masa kooo] HUT Penabur, dan predictably enough co-gan satu ini sukses pake kaos berkerah warna ijo lumut plus jeans warna senada plus sepatu ceper, plus lagi gaya rambut semi-harajuku yang emang jadi ciri khasnya. Alhasil gue sukses ketawa-ketawa sambil ngeledekin dia kormod alias korban mode. Hahaha. Hal yang sama juga gue liat dari temen-temen sekolah gue, mostly yang cewek, yang emang juga udah ketularan pola beginian.
Huh. Kenapa ya, guys, orang Indonesia itu selalu nggak kreatif? Satu begini, yang lain ikutan begini. Satu begitu, ikutan lagi. Begitu seterusnya.
I mean, alright, nggak salah sih tampil pede dan modis, tapi nggak perlu harus selalu ikut arus, kan? Kita nggak perlu ikutan gaya orang lain buat bisa tampil keren. Slogan standar ‘be yourself’ bisa jadi aspek kuat banget disini. Mau didandanin kayak apa, mau dipasangin barang semahal apapun, kalau akhirnya kita nggak bisa merasa nyaman dengan apa yang kita lakukan, buat apa? Jadi diri sendiri aja, yang penting nyaman, pede, dan bagus alias nggak malu-maluin, bukannya lebih bakal membawa kepuasan? Daripada terus ngikutin arus perkembangan mode dan akhirnya jadi latah dan nggak jelas begitu?
Jadi, menurut gue, untuk menjadi seorang yang fashionable, kita nggak perlu selalu ikutin gaya terbaru yang ada. Orang yang fashionable itu nggak selalu adalah orang yang ngikutin perkembangan mode dan menerapkannya. Asal kita merasa pede dengan apa yang kita pake, dan emang bisa memilah mana yang cocok sama kita dan mana yang nggak, mana yang appropriate dan mana yang nggak, mana yang acceptable dan mana yang nggak, mana yang harus dipake dan mana yang nggak, that’s it. Nggak usah khawatir dibilang kuper, ato jadul, ato nggak ngikutin perkembangan zaman. Kita juga mesti liat-liat keadaan dan mesti pinter-pinter menempatkan diri. Jangan sampe niatnya mau tampil keren dan dihormati orang, tapi hasilnya malah jadi bahan tertawaan.
Ya nggak, guys?
Duh, lama-lama jadi ngerasa kayak lagi nulis ceramah. Udah dulu ah. Pegel. Hehe.
Fiuh. I guess I’m gonna stop here for today. Hari ini gue beneran super capek, banget banget banget. Beberapa hari ini nggak cukup tidur, kebanyakan aktivitas, dan banyak kerjaan menunggu juga. Alhasil, badan gue cukup dibuat rontok. Fiuh. Mana hari ini S nggak SMS. Uh, bete deh. Kangen. Met malem, guys! See ya.
--balthazor66
Monday, October 17, 2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
jeyjey!!
kok tiba2 nulis fashion??
hmm... si "S" itu kayanya aku bisa menebak..
apakah seseorang dari anggota janji kelingking kitaa?
hmm...perlu diusut!! huekekeke
Post a Comment