Tuesday, January 31, 2006

...dduhh...

Whew. Sebuah hari sekolah yang aga2 maksain.

Dan amazingly, tadi ada sebuah kejadian yang sungguh mencengangkan sekaligus bikin E setengah mati, tadi pagi, di kelas gue.

Mau tau, kisahnya?

*berdeham-deham*

Ceritanya, tadi waktu renungan pagi, gue lagi ngobrolin soal anjing sama Ricky dan Andreas Tegal, di bagian depan kelas deket meja guru. Sementara Bu Penta, sang guru bahasa indonesia yang kebetulan mengajar di jam pertama, udah dateng dan lagi asik merem-merem di meja kosong di deket pintu masuk kelas. Suasananya sih biasa aja, renungan pagi dibacain dengan sok dramatis oleh seorang guru misterius yang suaranya nggak dikenal, sementara seperti biasa juga kita setengah nggak ngedengerin, terlalu sibuk ngobrol.

Nah, tiba-tiba, pintu kelas gue dibuka dengan cepatnya.
Berderak, mengayun, lalu menampilkan sesosok makhluk...

*suara pipe organ ditekan dengan kord standar film horor, diikuti sebuah guntur bergemuruh dikejauhan*

...Sang eksekutor, Ibu Duma.

Kita semua yang ada di dalem kelas, nggak terkecuali Bu Penta, sempet kaget sejenak, langsung diam seribu bahasa. Sementara si 'pendatang baru tak diundang' itu juga diem, mencerna pemandangan yang ada di depannya, kemudian berseru, "Waduh, luar biasa sekali kelas ini?!!!"

Kenapa gerangan dia berseru seperti itu??

Jawabannya adalah, karena anggota kelas gue yang masuk sekolah tadi hanya berjumlah enam belas orang.
Yup, enam belas, dari tiga puluh delapan.

Nah, loh????

Singkat kata, sang kepala sekolah terku**k [whoops!] itu sempet ngomel-ngomel, ngomong sendiri dengan emosi jiwa yang meledak-ledak, sebentar, sebelum akhirnya menghilang kembali di balik pintu. Gosip-gosipnya sih, dia langsung balik ke ruang guru terus ngumumin supaya SEMUA wali kelas langsung mengabsen anak-anak kelas masing-masing, dan ancamannya sih semua yang nggak masuk bakal dicatet alpa, alias bolos tanpa ijin.

Lucunya lagi, di kelas gue, hampir semua jiwa yang tadi nggak hadir udah ngasih surat ijin lengkap ke wali kelas tercinta, Ibu Martina, yang artinya si Ibu Duma aneh bin ajaib itu nggak punya hak apa-apa buat seenaknya meng-alpa-kan mereka semua.

Fiuh.
Aneh kan?

What an unwise decision for a principal.

Dan disini JJ cukup salut dengan kegigihan Ibu Martina dalam membela kebenaran anak-anak muridnya. Cukup logis dengan membiarkan si Duma marah-marah, sementara dia tetap nggak menjalankan perintah tiranis itu.

Hahahaha.
Jujur, JJ makin tambah ilfil ngeliat satu scene buruk di pagi hari ini.

Pertanyaannya sekarang adalah, jadi, kalo murid-murid itu semua nggak masuk sekolah hari ini, salah siapa? Salah gue? Salah temen-temen gue???

...

Er, itu bukannya dialog film AADC yah?

*nyengir*

Oh. Whatever.

--balthazor66

No comments: